Selasa, 21 Juli 2020

Cara Melaporkan Hoax atau Konten Negatif ke Aduankonten


Belakangan ini ranah internet termasuk media sosial kerap dijejali berbagai konten negatif. Warganet pun merasa jengkel sebab merajarelanya konten negatif seperti fitnah, hoax dan hasutan yang sangat meresahkan.

Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah maupun masyarakat menangkal konten negatif. Seperti gerakan anti hoax, sosialisasi bersosialmedia dengan baik dan sebagainya. Termasuk kerjasama dengan bos Facebook, Twitter dan raksasa internet lain yang sering menjadi tempat penyebaran konten negatif.

Dan sekarang Kementerian Kominfo merilis fitur sistem ticketing di layanan aduankonten.id. Fitur ini menawarkan kemudahan pelaporan konten negatif di internet, di mana masyarakat bisa memantau proses aduan sejauh mana diproses Kominfo.

Saat ini fitur tersebut masih soft launching. Kominfo akan menyempurnakan, soal kecepatan penanganan dan verifikasi pelapor menggunakan NIK KTP.

Dan berikut tata cara membuat laporan konten negatif:

1. Registrasi

Kunjungi situs aduankonten.id kemudian lakukan registrasi. Dengan mengisi nama, email dan kata sandi

2. Mendapat email dari Kominfo

Kemudian kamu mendapat email dari pihak Kominfo. Klik tautan yang ada pada email tersebut sebagai verifikasi registrasi pelapor.

3. Buat aduan

Sekarang pelapor bisa membuat aduan. Dengan mengisi form judul aduan, URL, penjelasan dan jangan lupa sertakan screenshot konten yang diadukan.

4. Isi alasan konten yang diadukan

Beri alasan mengapa pelapor mengadukan konten tesebut. Agar proses pengaduan cepat ditanggapi.

5. Tunggu prosesnya

Biasanya proses pengaduan akan selesai maksimal 7 hari. Dan selama proses menunggu, aduankonten.id memiliki fitur sistem ticketing untuk melihat sejauh mana laporan ditanggapi oleh tim Kominfo.

Setiap orang berhak melaporkan konten negatif yang ditemukan di Internet. Mari berpartisipasi aktif dan menjadikan internet lebih aman, nyaman, dan bermanfaat dengan berkurangnya konten-konten negatif.

Jumat, 17 Juli 2020

Mengenal Rahasia Awet Muda ala Suku Hunza

Wanita suku Hunza - wikimedia

Suku Hunza mendiami wilayah kaki pegunungan Himalaya, Kashmir-Pakistan. Orang-orang ini tinggal di wilayah yang sangat terpencil di dunia, menerapkan kebiasaan gaya hidup sederhana yang memungkinkan mereka menikmati kesehatan secara keseluruhan dan rentang usia hingga mencapai 145 tahun!

faktor utama yang membuat mereka sehat dan panjang umur adalah jenis makaan yang di konsumsinya. Serta gaya hidup dan kehidupan sosial yg damai disekitarnya. Lalu bagaimana mereka menerapkan hidup sehat meraka? Kamu pasti ingin tahu atau bahkan akan menirunya ya.. :). Baiklah mari kita bongkar rahasia hidup sehat Suku Hunza, Suku tersehat di Dunia. Berikut ini Cara Hidup Sehat ala Suku Hunza, Suku Tersehat di Dunia:

Makanan alami dan Vegetarian


Gizi (Makanan) sehari-hari orang Suku Hunza terdiri dari biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian. Gizi nabati murni, memelihara saluran (Nadi) tubuh tetap bersih dan lapisan dalam tetap utuh tidak berkarat. Hal inilahyg membuat umur rata-rata suku Hunza mencapai 200 tahun.

Begitu juga dengan cara mendapatkan makanan-makanan yang mereka konsumsi hampir 100% adalah alami (Herbal). Padi, Jagung, Tanaman,palawija dan lain-lainnya tidak pernah mereka berikan pupuk, atau insektisida yang mengandung racun. Mereka (Hunza) ini adalah vegetarian sejati. Rata-rata, mereka mengkonsumsi 350 gram karbohidrat, 50 gram protein, dan35 gram lemak per hari. Menu favorit mereka adalah aprikot, gandum, tomat, mentimun, labu, dan kacang kedelai.

Ketenangan Jiwa


Pada umumnya suku Hunza suka hidup bertoleransi, membagi dan pemerhati untuk sesama. mereka tidak ingin hidup berlebihan, kesederhanaan terpancar dari relung kehidupan dan realitas, bahkan mereka lebih senang hidup membantu dan bergotong royong dalam segala hal. aplikasi seperti ini sering mereka lakukan dimana saja, kapan saja, tanpa mengenal waktu serta keadaan.

Hal ini yang membuat kedamaian jiwa mereka. Pikiran menjadi tenang, hidup serasa tanpa beban. Pikiran tenang membuat mereka mudah untuk memecahkan permasalahan hidup. Dengan begitu mereka jarang sekali terserang atau bahkan tidak ada penyakit. Karena penyebab penyakit timbul hampir 45% adalah dari bathin/fikiran.

Mencintai Alam


Orang-orang Hunza pada umumnya senangdan gemar menjaga alam. Hidup mereka jauh dari hal-hal yang merusak alam. Mereka tidak senang dengan polusi udara, dll. Udara yang mereka hirup setiap detik, air yang mereka minum tiap haus, adalah benar-benar alami.

Olahraga dan Bekerja


Suku Hunza ini bebas dari yang namanya obesitas karna mereka rajin keladang. Ketahanan fisik yg hebat didapat dari seringnya mereka mencangkul dan meneluri bukit. Intinya suku Hunza ini berjalan kaki menuju tempat kerja. Hal inilah yg menjadi kebiasan olahraga sambilbekerja. Beda dengan keadaan orang perkotaan yang suka pergi kemana-mana naik kendaraan bermotor.

Kehidupan sosial yang damai


Suku Hunza telah terkenal dgn kebiasaan mereka yang suka membantu sesamanya. Mereka sangat bersahabat dengan semua anggota masyarakat maupun pendatang. Dan kehidupan berbagi yg baik, Disana tidak ada orang yang terlalu kaya. Sehingga mereka tidak mencemaskan harta dan kekayaan.

Aturan dalam tatanan sosial suku Hunza mengharamkan jual-beli tanah milik mereka. Selain itu, budaya “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” juga diterapkan dengan benar. Orang yang memiliki sepuluh ekor sapi tidak akan ragu untuk membagikan lima ekor miliknya untuk membantu menggarap ladang orang lain.

Orang Kota atau Desa, Mana yang Lebih Bahagia?

Ilustrasi - Beeboys /Shutterstock


Tingkat kebahagian masing-masing orang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya dari personal, lingkungan, pendidikan, karir dan ekonomi. Dan tingkat kebahagian pun relatif sesuai pribadi masing-masing.

Untuk masyarakat Indonesia sendiri termasuk golongan orang-orang yang sudah bahagia. Seperti disalin dari detik.com (24-8-2017) Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan orang Indonesia saat ini sudah cukup bahagia jika dilihat dari indeks kebahagiaan Indonesia yang tercatat berada di level 70,69 dari hitungan 0-100.

Dan ternyata masyarakat perkotaan lebih bahagia dibandingkan masyarakat di pedesaan. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan indeks kebahagiaan orang di perkotaan 71,64, sedangkan orang desa 69,57. Kenapa bisa begitu? bukankah tinggal didesa itu lebih nyaman dengan kearifan lokal yang kental. Sementara diperkotaan erat dengan permasalahan sosial yang begitu pelik, macet dan mahal. Apa yang menyebabkan masyarakat perkotaan lebih tinggi indeks kebahagiaannya dibanding pedesaan, yuk simak berikut ini.

Pendidikan

Faktor pendidikan ini menjadi salah satu sebab kenapa tinggal di kota lebih membuat bahagia. Akses pendidikan yang mudah diraih di kota. Dibanding tinggal di desa, dimana pelajar perlu perjuangan ekstra hanya untuk berangkat sekolah.

Penghasilan

Sebagai pusat ekonomi dalam sebuah kawasan membuat kota menawarkan masyarakatnya untuk mendapat penghasilan yang lumayan besar. Di kota amat menjanjikan peluang bisnis yang besar, didukung dengan daya beli masyarakatnya yang signifikan dibanding di desa.

Pekerjaan

Faktor pekerjaan ini yang mendorong terjadi urbanisasi. Memang kenyataannya dikota lebih menjamin untuk mendapat pekerjaan yang lebih menjanjikan. Walaupun di kota persaingannya begitu ketat, namun tidak menyurutkan animo masyarakat untuk mencari kerja di kota.

Fasilitas

Salah satu yang begitu jelas menggambarkan perbedaan kota dan desa. Jika diperkotaan masyarakatnya sudah difasilitasi akses jalan, pusat belanja, rumah sakit, pendidikan dan pelayanan publik lainnya. Sementara di desa masih tertinggal dalam hal fasilitas. Ini yang menyebabkan mengapa masyarakat perkotaan lebih bahagia.

Apa masyarakat pedesaan kurang bahagia?

Tentu tidak, masyarakat desa pun juga bahagia dalam menjalani hidupnya. Untuk tingkat kebahagiaan orang desa, lebih bahagia dari sisi kepuasan hidup sosialnya dimana lebih dapat bersilaturahmi dengan tetangga, sisi kenyamanan hidup, keamanan.

Di desa lebih sentuhan personalnya, kalau hubungan sosial dengan tetangga lebih nyaman di lakukan di desa, keamanan, kenyamanannya juga lebih nyaman, itu yang menyebabkan tinggal di desa juga bisa bahagia.

Jadi bedanya, di perkotaan masyarakatnya lebih bahagia dari segi pendidikan, ekonomi dan fasilitas. Sementara masyarakat desa lebih bahagia di kehidupan sosial, masih memiliki waktu luang untuk bercengkerama antar tetangga.

Dan tinggal dimanapun baik desa maupun kota, selama kita bisa menyesuaikan diri dengan baik, mensyukuri nikmat kehidupan. Tentu kebahagian itu bisa diraih.

Rabu, 08 Juli 2020

Siapa yang Pertama Kali Populerkan Istilah “Kids Jaman Now” ?


Jumat, 26 Juni 2020

Siapa Penyanyi Lagu Rap Kerasakti 1996?


Hey anak-anak angkatan 90' ke 2000-an !! Masihkah kamu ingat sama kisah Kerasakti? Seekor kera bernama Sun Wokong yang memiliki kekuatan sakti berjuang mencari kitab suci bareng guru dan teman-temannya. Versi aslinya (Hongkong), serial Kerasakti ini berjudul Journey to The West. Saat ini tayangan Kerasakti tayang kembali di Trans 7.

Satu yang tak terlupakan dari serial Kerasakti ialah lagu bergenre hiphop pengantar tanyangan serial Hongkong ini di tv Indonesia. Masih ingat?

Seekor kera terpuruk terpenjara di dalam gua
Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa
Bertindak sesuka hati loncat ke sana kesini
Hiraukan semua masalah di muka bumi ini

Itu tadi sepenggal lirik lagu Kerasakti yang dibawakan oleh SINDIKAT 31 dalam sebuah album kompilasi Hip Hop bertajuk Pesta Rap II pada tahun 1996. Di dalam album ini juga terdapat lagu-lagu rap dari penyanyi lainnya seperti Sound Da Clan dan Paper Clip.

Lagu rap Kerasakti pengiring serial tv Kerasakti menjadi lagu rap populer pada masanya. Terlebih masa itu lagu bergenre hiphop masih jarang. Dan seingat saya, anak-anak jaman itu, kalau mau coba-coba nyanyi lagu rap pasti gak akan jauh-jauh dari lagu Kerasakti. Karena lagu tersebut mudah diingat dan dilantunkan. Disamping kepopuleran serial Kerasakti ini juga yang tampil di tv Indonesia.

Selasa, 16 Juni 2020

Siapa Orang Pertama yang Pertama Kali Ngeblog ? Gue Bukan Sih !

Saya sebenarnya sudah membuat blog dari tahun 2013, kalau gak salah. Namun gak konsisten ngeblog hingga kini, hehe. Jika dibanding agan-agan blogger lainnya yang sudah lebih dulu ngeblog, mungkin saya entah kesekian kalinya yang punya blog. Tahukah kamu orang pertama yang punya blog? Siapa blogger pertama di dunia?

Telusur dan telusur gelar blogger pertama di dunia ini agaknya terpecah belah. Di duga ada 2 orang yang diyakini sebagai para suhu yang mulai melakukan aktifitas ngeblog untuk pertama kali.

Menurut beberapa referensi yang saya baca, disebutkan bahwa John Barger, seorang warga Amerika Serikat sebagai blogger pertama di dunia.

Barger dengan blognya yang bernama Robot Wisdom tercatat sebagai blogger pertama di dunia yakni pada 17 Desember 1997.

Barger pula yang menciptakan istilah weblog untuk mendefinisikan apa yang sekarang disebut blogging. Istilah pendeknya blog diciptakan oleh Peter Merholz pada 1999. Peter memecah kata weblog menjadi we blog di sidebar blognya, peterme.com. Selanjutnya, Evan Williams pada Pyra Labs menggunakan istilah blog sebagai kata benda maupun kata kerja yang mengarah pada aktivitas blogging.

Namun, agaknya gelar John Barger sebagai blogger pertama di dunia akan terhapus setelah ditemukannya fakta baru, bahwa orang yang pertama kali melakukan aktivitas blogging di dunia adalah seorang Mahasiswa yang kemudian menjadi wartawan Amerika Serikat bernama Justin Hall.

Hall membuat website pribadinya Justin's Home Page pada tahun 1994 (tiga tahun sebelum John Barger). Pada Desember 2004, New York Times Magazine menyematkan julukan pada Justin Hall sebagai

"the founding father of personal blogging atau pendiri blog pribadi."

Jadi siapa blogger pertama di dunia?



Jika melihat data, gelar blogger pertama dunia memang pantas disematkan pada Justin Hall. Namun gak adil jika kita menghapus nama Jhon Barger dari jajaran orang pertama yang menjalankan aktifitas ngeblog.

Yasudah agar adil, Justin Hall yang menjadi blogger pertama. Sementara Jhon Barger sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah weblog, cikal bakal istilah blog.

Dan pada akhirnya siapapun yang menjadi blogger pertama di dunia memang pantas di ganjar penghargaan, entah itu hanya ceremonial saja. Blogger-blogger baru juga bukan berarti merasa minder. Karena gak peduli siapa yang memulai duluan ngeblog. Terutama dari blog itu sejauh mana manfaat dari konten blog tadi dan seberapa konsisten ngeblognya.

Sumber:

http://rodame.com/sejarah-blog-di-dunia/

http://www.jurnalrozak.web.id/2015/01/perkara-blogger-pertama-di-dunia.html

Penasaran Sama Seberapa Banyak Uang Orang Indonesia? Ini Sedikit Rahasianya



Ketika memasuki suatu lingkungan baru. Awalnya saya heran melihat sejumlah orang lalu lalang naik motor. Pakai jaket dan helm, seolah sedang dalam perjalanan jauh. Tapi baru berjalan sedikit, motornya sudah bertepi. Dari satu rumah ke rumah satunya lagi. Pakai bawa buku catatan segala. Dan ternyata inilah klu dari tanya di tulisan ini.


Sebenarnya orang Indonesia uangnya banyak atau sedikit? Katanya gak punya uang (lagi susah karena Corona), tapi kok bisa belanja ke mall. Uangnya dari mana? Dari bansos atau bakri.


Ini sebenarnya tidak etis juga mengurusi isi dompet orang lain. Apalagi sampai ke urusan asal-usul dana. Emangnya lu KPK!


Tapi ini sudah kepalang tanggung dan gemes. Dan penasaran juga. Orang-orang sudah berbui untuk menjaga jarak, hindari kerumunan dan sebagainya untuk menghentikan penyebaran virus Corona. Tapi sebagian orang-orang lainnya justru keluyuran untuk suatu hal yang kurang esensial, bersifat selebrasi dan seharusnya masih bisa ditiadakan.


Saat Covid-19 mewabah. Hampir seluruh negeri ini mengeluh kesulitan ekonomi, dipecat dan sebagainya. Tapi saat kemarin jelang hari Lebaran mall dan pusat perbelanjaan diserbu banyak orang. Dan tujuannya membeli baju baru untuk dipakai di hari raya, *gak ada pun gak apa-apa, masih ada jemuran tetangga.


Belum lagi ada yang mudik. Walaupun mudiknya sembunyi-sembunyi di mobil truk. Tapi justru ongkosnya jadi banyak. Karena harus gonta-ganti angkutan dan tidak jarang ada biaya-biaya tambahan yang tak terduga. Banyak juga ya uang warga +62.


Reaksi pertama kita mungkin akan berpikir; "kemarin-kemarin katanya gak punya uang bahkan untuk makan sekalipun, tapi kok bisa belanja ke mall". Mencoba ber-huznudzon, bisa juga ya mereka itu begitu dapat rejeki nomplok. Nemu uang dijalan misalnya. Tapi kebetulan seperti apa hingga ada sebanyak itu orang yang nemu uang dijalan dalam waktu bersamaan.


Kemudian dugaan umum sumber dana lainnya yaitu dari Bansos. Ini uda rahasia umum kok. Setiap ada dapat bantuan sosial dari pemerintah, kebanyak orang akan langsung membelanjakannya. Jika untuk keperluan primer mungkin tak apa. Tapi di masa sekarang semestinya diminimalkan untuk tidak belanja keperluan sekunder. Terutama jangan sampai menimbulkan kerumunan hanya demi kepentingan sekunder.


Lalu ada rahasia lain dari warga +62 terkait berapa banyak uangnya. Rahasia ini mungkin tidak diketahui oleh orang-orang kaya. Berhubung saya masyarakat kalangan bawah. Maka sedikit banyaknya saya paham rahasia ini. Hehehe...


Rahasianya ada pada sejumlah orang berjaket, bermotor dan pakai helm yang sudah disebutkan di awal artikel ini. Kalau saya menyebutnya "bakri" yaitu "bapak-bapak kredit". Kadang juga ibu-ibu. Merekalah sumber uang dari beberapa orang. Meminjam uang pada mereka sungguh menggiurkan ternyata. Syaratnya mudah dan tanpa jaminan. Bayarnya juga terkadang hanya bayar bunganya saja. Terkesan pinjaman ringan, tapi bikin ketagihan hutang dan tanpa disadari membebani keuangan.


Inilah rahasianya. Sejumlah orang memang gak segan meminjam uang untuk kepentingan bersifat sekunder. Termasuk untuk perayaan lebaran. Di kondisi normal mungkin hal ini tidak terlalu dirisaukan. Tapi saat Pandemi seperti sekarang. Cari uang saja susah, bagaimana mau bayar cicilan.


Mungkin kalian akan berpikir tindakan ini kelewatan dan memiriskan. Namun memang beginilah kenyataannya di ditengah masyarakat. Bahkan ada kondisi yang lebih mengejutkan bagi saya, ketika melihat banyak orang yang meminjam uang dengan bunga lumayan untuk pesta resepsi. Dan itu sudah biasa.


Dan terkait perayaan Lebaran; baju baru, mudik dan makan besar. Pertama perlu kita tahu, tradisi Lebaran itu sudah sangat mengakar. Disitulah momen beli baju baru, makan enak, kumpul keluarga dan sebagainya.


Rasanya kita juga perlu melihat dari sudut ini. Ada sebagian orang hanya bisa merasakan momen-momen terbaik dalam hidupnya setahun sekali. Sementara sebagian orang lainnya bisa sepanjang tahun. Jadi mengapa ada sebagian orang terlalu memaksakan diri merayakan Lebaran seperti biasanya tanpa pedulikan saat ini masa Pandemi Covid-19. Boleh jadi mereka sudah menantikan momen Lebaran selama setahun. Hingga sangat berat untuk melewatkannya begitu saja.


Tradisi yang begitu mengakar jauh kedalam sungguh sulit untuk "dicabut". Wajar, masa Pandemi Covid-19 memang kondisi ketika banyak "kata pertama kali" muncul untuk pertama kalinya juga.


Pertama kali Lebaran dirumah saja


Pertama kali sungkeman lewat hp


Pertama kali sholat Id dirumah


Dan *pertama  kali didalam hidupku ini menyayang dirimu


Sebagai manusia, status kita memang sebagai musafir di dunia yang sementara ini. Tapi tidak semua manusia memiliki jiwa petualang yang terbiasa dengan banyak hal baru.


Jadi untuk menerima sebuah "new normal" bagi sebagian orang sangat sulit. Bahkan untuk memahami arti "new normal" saja belum tentu. Semua yang saya sampaikan diatas merupakan analisis dari yang saya rasakan di sekitar saya.


Mungkin ini seperti "devils in the details". Selama ini kita menghimbau dirumah aja, jaga jarak dan segala macam. Merasa miris, gemas, geregetan dan sebagainya ketika melihat orang berkerumun untuk suatu hal bersifat non-esensial. Tapi kita kurang mengetahui apa sesungguhnya yang mereka pikirkan. Barangkali dengan mengetahui lebih detail, kita jadi tidak terlalu stres.


Jadi kalau ditanya uang orang Indonesia itu sebenarnya banyak atau tidak? Kalian penasaran ketika melihat orang yang mengaku kesusahan ekonomi, bahkan untuk membeli makanan saja tidak bisa. Namun untuk suatu hal bersifat sekunder tetap dipaksakan. Uangnya bisa dari bansos atau juga berhutang. Kita mungkin akan berpikir: " kenapa tidak difokuskan untuk makan saja?". Tapi memang begitulah "normal" yang sudah dipegang oleh banyak orang sejak lama, "gak apa, cuma setahun sekali atau sekali-sekali"