Nama Belanda sepertinya tidak asing lagi ditelinga bangsa Indonesia. Dalam sejarah Tanah Air, Belanda kita kenal sebagai negara yang telah menjajah Indonesia.
Mungkin telah bertahun-tahun kita mengenal Belanda sebagai nama sebuah negara. Tapi tahukah kamu? bahwa Belanda sesungguhnya bukan nama resmi secara internasional yang dipakai negara itu.
Banyak orang baru menyadari hal ini ketika sedang menonton pertandingan sepakbola internasional. Misalnya Belanda vs Yunani. Di televisi tertera nama Netherlands vs Greece. Nah loh, kok jadi beda banget?
Mengapa orang Indonesia khususnya, menyebut Belanda, Yunani, Mesir. Padahal ketiga nama tersebut memiliki nama lain secara internasional. Misalnya kita mengenal Mesir, tapi dunia internasional mengenal negara asal Mohamed Salah tersebut sebagai Egypt.
Itu karena, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terbuka dan mudah beradaptasi dengan bahasa asing. Artinya, bahasa Indonesia dapat menyesuaikan dengan bentuk (fonologi) bunyi bahasa asing.
Misalkan nama negara berawalan C disesuaikan lafal bahasa Indonesia menjadi K. Seperti Colombia dan Canada menjadi Kolombia dan Kanada.
Tapi bila Netherlands menjadi Belanda memang membingungkan. Dari Mana jalannya?
Netherlands merupakan nama internasional dari Belanda. Masyarakat dunia juga sering menyebutnya sebagai Holland. Bahkan lebih populer Holland daripada Netherlands. Padahal Holland merupakan satu bagian dari Netherlands. Kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam dan Den Haag ada di Holland Selatan dan Utara. Seperti halnya masyarakat dunia yang lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia.
Begitupun di Nusantara awalnya juga lebih mengenal nama Holland. Hanya saja pengucapannya bervariasi.
Antara lain, Wolanda (Hikayat Tanah Hitu, 1650), Welanda (Syair Hemop, 1750), Walanda (Warkah Sumatera Barat, 1793-1795), Olanda (Hikayat Maharaja Marakarma, 1844), Holanda (Carita Bangka, 1861), serta Belanda (Majalah Guru, 1931).
Kamu mungkin saja berpikir Holland menjadi Wolanda kemudian jadi Belanda merupakan Cocokologi saja. Padahal tidak juga. Memang kira-kira begitulah bahasa. Sifatnya abritrer alias mana suka. Disesuaikan lidah dari penuturnya.
Tidak ada aturan baku dalam penyebutan nama negara dalam bahasa tertentu. Semuanya dikembalikan pada masyarakat penutur.
Jika ada sebuah negara yang nama internasional sesuai dengan pelafalan bahasa Indonesia, maka tidak ada perubahan. Seperti Iran dan Malaysia.
Kemudian ada nama negara yang ejaannya disesuaikan namun pelafalannya tetap sama. Seperti Irak (Iraq) dan Kosta Rika (Costa Rica).
Lalu Ejaan dan lafal disesuaikan bahasa Indonesia, seperti Prancis (France), Singapura (Singapore) dan Jerman (Germany). Terakhir penyebutan nama negara dengan cara diterjemahkan. Seperti Pantai Gading (Ivory Coast), Selandia Baru (New Zealand) dan Korea Selatan (South Korea).
Dalam kondisi khusus memang penyebutan nama negara dalam bahasa Indonesia memang membingungkan. Belanda (Netherland), Mesir (Egypt) dan Yunani (Greece).
Tentang Belanda sudah dijelaskan di atas. Beda dengan Mesir dan Yunani. Bahasa Indonesia meresap nama kedua negara tersebut dari bahasa Arab. Kedekatan kultural dan sejarah yang menjadi faktornya.
Tidak ada yang salah dengan ini. Justru bangsa Indonesia yang lebih dulu mengenal nama Mesir dan Yunani yang diambil dari bahasa Arab. Dibandingkan Bangsa Barat yang mengenal Egypt dan Greece.
Namun sekali lagi, tidak ada yang salah dalam penyebutan nama negara. Tentu selama itu tidak ada unsur menghina negara atau pihak tertentu.