Sungguh saya tidak bermasalah dengan pendapat yang mengatakan penampilan itu gak cuma dilihat dari fisik melainkan perilaku. Dan Jerawat hanya hal sepele, benjolan kecil saja. Jangan terlalu uring-uringan tutupi jerawat sementara aurat & aib diumbar kemana-mana.
Justru saya setuju dengan pendapat yang bilang jerawat itu hal sepele, tidak perlu stres untuk menutup-nutupinya. Karena rasanya lebih elok menutup aib maupun menjaga kesopanan dalam penampilan. Tapi hal tersebut berlaku sejauh mana lambe-lambe julid disana juga ditutup.
Ya benar, jerawat itu cuma benjol kecil. Dipencet juga pecah. Entar juga sembuh. Tapi masalahnya tidak segampang itu bos. Efek dan bekas jerawat itu sangat mengganggu. Terutama reaksi orang-orang yang melihat. Jerawat memang tidak berdosa, tapi menimbulkan komentator jahat.
Jika jerawat tidak timbul di wajah mungkin persoalannya tidak serumit itu. Mungkin kita akan lebih pede menampilkan benjol akibat kejedot pintu dibanding jerawat yang meradang.
Jerawat hanya puncak gunung es
Kelihatannya aja jerawat kecil. Tapi bagaimana jika itu hanya puncak dari sebuah gunung es? Dibawahnya banyak masalah yang menyertainya. Sebagai orang yang masa remajanya ditemani teman kecil bernama jerawat. Saya merasakannya demikian.
Bahwa betul penampilan jerawat itu kecil. Tapi dampak yang ditimbulkan besar. Dan terutama reaksi dari orang-orang yang melihatnya. Belum lagi komentar-komentar yang tidak perlu dari mereka.
Dari yang disinggung masalah percintaan, stres sampai yang hanya memperhatikan tapi dengan wajah jijik. Sebenarnya reaksi seperti itu dapat diterima. Tapi alangkah baiknya reaksi seperti itu jangan ditunjukan di depan orang banyak. Seolah ingin memberi tahu banyak orang bahwa seseorang sedang jerawatan. *eh lihat nih jerawatnya jelek*.
Jika kalian peduli, lebih baik tunjukan reaksi kaget kalian melihat jerawat seseorang di kondisi dan tempat yang pas. Seperti langsung saja tawarkan bantuan, kasih saran skincare yang bagus atau bayar. Dan lebih jempol, ajakin saja cek ke klinik. Dibayari!
Minimal jika tidak bisa seperti itu, maka diam saja. Saya tahu di kita budayanya kolektif. Saling pedulikan satu sama lain. Tapi jika rasa peduli itu hanya berupa reaksi penasaran dan kaget. Tanpa memberi solusi. Sepertinya kita semua perlu belajar budaya dan tata krama lagi deh.
Selama tidak bisa melakukan hal demikian. Maka jangan suka menyamakan persoalan jerawat dengan menutup aurat dan aib.
Jerawat vs aurat dan aib
Oke kata "vs" diatas hanya gimmick aja. Jadi responnya biasa saja ya. Saya paham bahwa menutup aurat maupun menutupi aib sendiri dan orang lain merupakan keutamaan baik di dalam agama maupun norma sosial yang berlaku di masyarakat. Jadi tidak ada perdebatan soal ini.
Lantas bagaimana dengan jerawat. Tidak ada aturan tertulis dan baku yang mengatakan jerawat itu harus ditutupi. Kastanya mungkin di bawah aurat maupun aib yang diutamakan untuk ditutupi.
Kita mungkin bisa cuek dengan jerawat dan pede menampilkan didepan orang banyak. Tapi tidak dengan mulut dan tatapan hina dari orang lain.
Saya harap kita semua dapat mengerti. Sekalipun jerawat ini hanya benjolan kecil, tapi jika head to head sama aurat dan aib, sebenarnya persoalannya hampir sama. Maka tidak heran bila ada orang mati-matian menutupi jerawatnya.
Di bully karena jerawat itu sesungguhnya amat menyakitkan. Sangat menghambat ruang gerak dan tidak bisa tampil ke depan. Karena pastinya akan malu. Jatuhnya jadi insecure, depresi, stres, amit-amit bisa bunuh diri.
Tapi apa jadinya bila ada seseorang yang hanya mementingkan menutup jerawat, sementara auratnya diumbar kemana-mana?
Ya itu tanggung jawab dia. Tugas kita mungkin hanya mengingatkan. Dan bagi saya ini merupakan kasus yang berbeda.
Kita fokus saja mengatasi kasus per kasus. Ini tidak menyinggung soal agama. Jerawatan juga setahu saya bukan dosa. Fokusnya pada kesehatan dan jerawat merupakan siklus wajar bagi remaja. Beruntung bagi mereka yang sanggup beli skincare dan perawatan wajah mumpuni. Nah, bagi yang tidak memiliki kemewahan tersebut, maka mau tidak mau harus menikmati fase remaja tersebut ditemani reaksi "sampah" di luar sana.
Yang tidak wajar itu kita, kita yang sudah tahu jerawat pada remaja itu kewajaran. Tapi masih merespon berlebihan ketika melihat orang jerawatan.
Sekarang intinya mesti adil. Jika aurat dan aib harus ditutup. Jerawat juga ditutup. Maka mulut kita semua juga perlu ditutup. Menghindari mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan orang lain, mesti cuma sekedar tatapan mata yang pedas.