Kamu gak salah kok baca judul artikel ini. Sebuah pertanyaan yang barangkali ada di banyak kepala kita. Kenapa saya miskin? Kenapa susah banget jadi orang kaya?
Yauda deh gak usah banyak kata pengantar. Lihat saja sejumlah kesalahan yang barangkali masih kita lakukan yang menyebabkan susah kaya.
Fokus pada Penghematan
Pernahkah Anda mendengar teman Anda yang gemar menghemat sejak kecil namun belum kaya juga sampai sekarang? Memang ada? Banyak!
Kesalahan disini bukanlah dari segi penghematannya, namun karena fokus mereka yang hanya pada penghematan. Padahal tahukah Anda bahwa pada satu titik penghematan akan mentok dan Anda harus mencari solusi lain?
Betul sekali, solusinya adalah dengan mencari pemasukkan atau pendapatan tambahan.
Kenaikan harga kebutuhan sehari-hari terus meningkat dan peningkatannya jauh lebih besar dari peningkatan upah. Oleh karena itu suatu hari nanti Anda akan kesulitan menghemat.
Sebelum terjadi hal seperti itu, Anda sudah harus mengantisipasinya dengan cara mencari pendapatan tambahan, misalnya dengan mencari pekerjaan sampingan atau membuat bisnis kecil-kecilan.
Dengan demikian, Anda bisa tetap menabung atau berinvestasi tanpa harus terus berhemat dan menyengsarakan hidup Anda.
Fokus pada Pendapatan Aktif (Active Income)
Jika Anda sudah memperoleh pendapatan cukup tinggi dan mampu melunasi cicilan rumah dan cicilan mobil, biasanya Anda merasa bahwa Anda sudah mencapai kebebasan finansial. Namun nyatanya tidak.
Menggantungkan diri kepada pendapatan aktif itu sama saja berencana tidak pernah kaya. Mengapa demikian?
Jika Anda masih mengandalkan upah pekerjaan Anda untuk membayar kebutuhan, maka Anda belum bisa dikatakan siap menjadi kaya.
Namun jangan cemas dan menyerah begitu saja, masih ada jalan bagi Anda untuk memperoleh tujuan Anda. Kebebasan finansial dan kekayaan hanya bisa dicapai melalui satu hal yaitu pendapatan pasif.
Apa itu pendapatan pasif? Pendapatan pasif merupakan pendapatan di luar pekerjaan Anda yang dapat menghidupi Anda.
Dengan pendapatan pasif yang cukup, Anda dapat bebas finansial seumur hidup walaupun Anda mengundurkan diri dari pekerjaan Anda.
Intinya disini adalah capailah kebebasan finansial baru mengejar kekayaan.
Gagal Membedakan Aset dan Liabilitas
Banyak individu yang belummelek finansial dan melakukan investasi yang ujung-ujungnya hanya menjadi liabilitas. Lalu sebenarnya apa bedanya aset dan liabilitas?
Aset merupakan investasi yang menghasilkan arus kas positif sedangkan liabilitas tidak. Definisi mudahnya adalah sebagai berikut:
- Aset menghasilkan uang ke dalam kantung
- Liabilitas mengeluarkan uang dari dalam kantung Anda
Mereka yang kesulitan mencapai kekayaan biasanya gagal memahami mana yang liabilitas dan mana yang aset.
Sebagai contoh, Anda belum tentu sudah kaya jika telah memiliki rumah, mobil, perhiasan mewah, gadget terbaru, dan sebagainya.
Segala yang Anda miliki tersebut bukan aset melainkan liabilitas. Aset mendatangkan arus kas positif ke dalam kantung Anda, jika hal di atas tidak demikian artinya itu bukanlah aset.
Sederhananya, kalau merasa aset yang dimiliki justru membuat uang senantiasa keluar dari kantung, maka Anda akan susah kaya.
Jadi, mulailah bedakan mana yang liabilitas dan mana yang aset, lalu kumpulkan aset dan hentikan mengumpulkan liabilitas.
Berusaha Terlihat Kaya
Jika Anda gemar memamerkan kekayaan agar terlihat kaya, akan sulit untuk sebenarnya mencapai kekayaan. Sebagai contohnya, bila Anda terus-terusan mengeluarkan uang lebih dari kemampuan Anda hanya untuk terlihat kaya.
Kasus lainnya adalah saat Anda bergaul dengan orang kaya dan berusaha mengikuti gaya hidup mereka.
Semua ini berujung pada gaya hidup konsumtif, dan kabar buruknya lagi ini di luar kemampuan Anda. Ujung-ujungnya jadi utang yang bertumpuk.
Sebaliknya, cobalah melihat orang yang benar-benar kaya. Mereka justru menghindari gaya hidup konsumtif dan tetap tampak sederhana. Contohnya saja pendiri dan pemilik Sinar Mas Group, Eka Tjipta Widjaja.
Salah satu orang terkaya di Indonesia ini memiliki kekayaan mencapai 36 triliun rupiah dan lebih dari 200 perusahaan yang tersebar dimana-mana.
Namun ternyata kekayaan ini tidak membutakan Beliau, karena di samping kekayaannya yang berlimpah ia tetap hidup sederhana.
Salah satu kesederhanaannya tampak dari kendaraan atau mobil yang digunakannya. Beliau memilih kendaraan yang biasa saja daripada mobil
sport mewah.
Selain Eka Tjipta Widjaja, terdapat 37% miliuner yang memilih untuk menggunakan mobil bekas daripada mobil baru menurut studi dari Thomas Stanley.
Hal ini terjadi karena menurut mereka mobil baru cepat sekali kehilangan nilainya dan ujung-ujungnya harganya bisa jatuh pesat.
Studi Thomas Stanley juga mengungkapkan bahwa nilai rata-rata dari kendaraan yang digunakan miliuner adalah senilai US$ 22.500 atau berkisar 303.000.000 rupiah saja.
Ini merupakan contoh baik dari seorang yang kaya. Jika orang kaya saja memilih mobil bekas yang sederhana, mengapa Anda harus memilih mobil mewah yang cicilannya bertahun-tahun?
Senang Mengandalkan Utang
Semakin lama utang tidak dilunasi, maka akan semakin menumpuk. Mengapa seperti itu? Sederhana saja, namanya berutang pasti ada imbalan yang diperoleh oleh pihak yang memberi pinjaman.
Imbalan tersebut biasanya berupa bunga yang dikenakan pada pokok utang Anda. Bunga ini akan semakin banyak karena terus diakumulasikan pada setiap periode. Hasilnya? Utang akan semakin menumpuk.
Sesuai dengan hasil wawancara terhadap 400 orang terkaya di Amerika Utara, mayoritas mengatakan bahwa:
“Kunci nomor satu untuk mencapai kekayaan adalah mengeliminasi utang dan selalu menghindari utang.”
Ironisnya, mayoritas warga Indonesia kerap kali mengandalkan utang sehingga memiliki utang yang jumlahnya cukup besar.
Sebenarnya teori ini sudah sejak lama ada. Bahkan Albert Einstein, sang jenius dahulu pernah mengungkapkan:
“Those who understand interest earn it, those who don’t, pay it.”
Tentunya semua orang ingin menjadi pihak yang menerima bunga, bukan membayarnya. Kuncinya sederhana, yaitu dengan mengetahui kunci untuk menjadi orang kaya yang tidak perlu berutang.
Namun jika memang Anda sudah terlilit utang, jangan khawatir. Anda bisa membalik keadaan dengan belajar melunasi utang Anda lebih cepat.
Menganut Pola Pikir Korban
Mayoritas orang lebih memilih menggunakan pola pikir korban, padahal hal ini yang menghambat mereka untuk mengubah hidupnya. Setiap kali mereka gagal mencapai tujuannya, mereka cenderung memberikan banyak alasan seperti:
- Saya kurang beruntung.
- Saya tidak memiliki pengalaman yang cukup.
- Saya terlalu tua untuk melakukannya.
- Saya tidak memiliki modal.
- Memang nasib saya untuk selalu miskin.
- Saya tidak kreatif seperti orang lain.
Seluruh alasan ini tidak masuk akal karena banyak orang yang jauh lebih buruk tetapi berhasil menjadi sukses karena mengubah pola pikirnya.
Selain menyalahkan diri sendiri, pola pikir korban juga suka menyalahkan orang lain, misalnya:
- Atasan saya tidak memberikan kenaikan gaji yang pantas.
- Saya tidak diberi peluang yang cukup besar.
- Keluarga saya memboroskan uang.
- Pasar uang hanya merugikan saya.
Dan bukannya mencari solusi, para “korban” ini hanya mengeluh tanpa melakukan apapun. Masalahnya adalah, mengeluh dan memberi alasan konyol hanyalah membuktikan bahwa hidupnya berada di kendali orang lain.
Anda menanamkan pikiran bahwa Anda tidak berdaya dan tidak mampu memperbaiki keadaan.
Ubahlah pola pikir tersebut menjadi pola pikir pemenang, dimana Anda mengambil tanggung jawab 100% akan seluruh hasil dalam hidup Anda.
Sebagai contoh, saat kenaikan gaji tidak cukup besar, jangan salahkan atasan atau perusahaan Anda, namun sadari bahwa memang Anda belum memberikan nilai yang cukup bagi perusahaan dan mencari cara untuk memperbaikinya.
Dengan mengambil tanggung jawab penuh, Anda memberi diri sendiri kendali penuh untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Dengan mengubah pola pikir, Anda sudah mengambil langkah awal untuk menjadi kaya.
Anda akan membuka kesempatan bagi diri untuk belajar strategi dalam membangun kekayaan dan menjadi miliarder dalam jangka waktu yang singkat.
Mengabaikan Kesehatan
Jika Anda pernah mendengar pepatah berikut dari orang tua atau saat Anda bersekolah:
“Mencegah lebih baik daripada mengobati.”
Maka pepatah tersebut benar adanya. Penyakit itu layaknya utang, semakin lama dibiarkan makan akan semakin parah dan semakin sulit diobati.
Pada akhirnya entah berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobatinya. Oleh karena itu sebaiknya Anda melakukan pencegahan dengan menjaga kesehatan Anda.
Contohnya adalah dengan rajin berolahraga dan melakukan medical check up rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda secara berkala.
Tidak Menghargai Waktu
Waktu adalah uang. Satu-satunya hal yang tidak akan bisa diulang kembali, tidak peduli seberapa mahal Anda membayar adalah waktu.
Dengan demikian, membuang-buang waktu sama saja membuang-buang uang dan membuat Anda susah kaya.
Jadi, segera ubah kebiasaan Anda dan manfaatkan waktu semaksimal mungkin. Dengan demikian Anda tidak merasa waktu berjalan cepat dan tidak adil.
Nikmati setiap waktu dan masanya, manfaatkan agar Anda tidak pernah menyesali setiap detiknya.
Tidak Bergaul dengan Orang yang Tepat
Steve Siebold, penulis dari buku “How Rich People Think” mengungkapkan bahwa orang kaya akan bergaul dengan orang-orang yang memiliki pola pikir serupa.
Mengapa demikian? Jika Anda bergaul dengan kelompok yang sukses, memiliki tujuan, dan juga pekerja keras, maka besar kemungkinan Anda juga akan menjadi salah satunya.
Berlaku juga sebaliknya, jika Anda bergaul dengan orang-orang malas, suka mengeluh, dan tidak produktif, maka Anda juga bisa terpengaruh menjadi seperti itu.
Oleh karena itu, menjauhlah dari orang-orang yang tidak sepaham dengan Anda, atau bahkan yang meremehkan ambisi Anda. Banyak orang yang melakukan hal seperti itu karena iri atau tidak suka dengan kesuksesan Anda.
Namun Anda bisa tetap sukses jika tidak memedulikan orang yang meremehkan Anda dan terus maju dengan pendirian yang kuat.
Tidak Jelas Tujuannya
Coba Anda bayangkan, jika Anda mengikuti sebuah perlombaan lari yang sangat melelahkan karena garisfinish-nya tidak jelas dimana. Apakah Anda tertarik?
Meskipun hadiahnya adalah sebuah rumah mewah, jika Anda tidak tahu tujuan Anda, sejauh mana Anda harus berlari, maka kemungkinan besar Anda akan malas untuk memulainya.
Serupa halnya dengan menjadi orang kaya. Anda perlu membuat sebuah tujuan yang jelas, terukur, dan feasible. Cobalah sebelumnya tanyakan kepada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan berikut:
Seberapa banyak kekayaan yang ingin Anda miliki? Berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk mencapai tujuan itu? Apa saja langkah yang harus saya tempuh untuk mencapainya?
Jika Anda masih kebingungan menjawabnya, maka Anda sebenarnya belum menentukan tujuan. Anda hanya mengawang-awang ingin menjadi orang kaya, tanpa sebuah tujuan yang jelas.
Tracie Taylor, pembimbing Millionaire U, real estate training course untuk siswa“advanced” mengungkapkan:
“People with goals are the ones who succeed.”
Dengan kata lain, Anda akan kesulitan menjadi orang kaya atau sukses jika tidak menentukan sebuah tujuan yang jelas.
Jadilah orang kaya dengan sebuah tujuan, keinginan yang ingin Anda capai dalam kehidupan ini. Setelah Anda mencapai tujuan tersebut barulah Anda bisa mencapainya dan menikmatinya.
Oke guys, sudah merasa ter-intropeksi.
"Jadi gini ya sebabnya gw susah jadi orang kaya".
Sumber : finansialku.com