Minggu, 05 Desember 2021

Mulanya Menyediakan Sesajen Menjadi Makan Bersama


Saat ini sudah menjadi umum bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kebiasaan makan-makan saat ngumpul. Ketika memperingati hari tertentu, apalagi saat ada hajatan, sudah pasti berkumpul dan makan. Hingga saat upacara kematian juga ngumpul dan makan.

Meski juga ada istilah "makan gak makan, yang penting ngumpul", namun jika ada rejeki tentu akan diusahakan juga untuk makan bersama walau dengan menu sederhana. Mungkin kebiasaan ini sudah dianggap biasa. Dan positifnya bisa mempersatukan keluarga dan masyarakat.

Tapi tentunya setiap kebiasaan maupun tradisi ada sejarahnya. Ingatkah dengan pesan Bung Karno? "Jas Merah" yaitu JAngan Sampai MElupakan sejaRAH.

Dari itu saya jadi teringat tradisi yang dilakukan orang-orang tua jaman dulu di lingkungan saya, Sajen. Saya menduga kebiasaan sajen memiliki hubungan dengan kebiasaan makan bersama saat ini. Meskipun tradisi makan bersama tidak mutlak dipengaruhi tradisi sajen. Karena ada kebiasaan makan bersama juga pengaruh dari Belanda, yaitu Rijsttafel. Dan juga tradisi makan bersama dari etnis lainnya.

Bubur merah putih

Saat kecil saya pernah lihat ada sewadah kecil dari daun pisang berisi bubur nasi merah putih diletakkan di kolong ranjang. Warna merah dari gula aren, sementara putih bubur nasi tawar.

Dan ternyata itu sajen atau sesajen atau sesaji. Itu tradisi umum di lingkungan masyarakat Jawa atau Kejawen. Tapi masalahnya keluarga saya muslim. Tentunya itu bertentangan dengan ajaran Islam.

Tradisi sajen itu sudah turun temurun dari nenek buyut. Meski sudah tinggal di Sumatera, namun mereka masih memegang erat tradisi Jawa. Tapi perlahan tradisi itu mulai pudar atau dimodifikasi memasuki masa anak cucu yang mulai mengenyam pendidikan umum dan agama.

Dari jaman mamak saya sudah mulai ada perubahan. Namun namanya tradisi jaman dulu yang sudah turun temurun, maka agak sulit menghilangkannya. Diketahui bahwa itu merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dipengaruhi ajaran Hindu-Buddha. Saat sudah memeluk Islam, tradisi lama masih melekat.

Kata orang-orang tua jaman dulu, mempersembahkan sajen itu bentuk "ramah tamah" kepada roh halus atau Mbah Buyut. Tradisi itu diperhalus dengan sebutan "adat".

Seperti Bubur Merah Putih, ternyata itu tradisi sajen yang saya saksikan itu merupakan "sisa-sisanya" saja setelah terjadi banyak perubahan.

Kabarnya dulu di lingkungan saya kalau mempersembahkan sajen itu ya menunya lengkap dan lezat pada zamannya. Nasi beserta sayur dan lauknya daging Ayam. Juga lengkap dengan buah-buahan. Sesajen seperti itu disediakan ketika ada hajatan pernikahan maupun khitanan. Ada sajen yang diletakkan di dalam rumah, gerbang dan sekitar kampung.

Sebuah sesembahan yang mewah. Bahkan belum tentu setahun sekali anak-anak pada masa itu bisa makan Ayam. Dari situlah generasi anak cucu (termasuk mamak saya) yang sudah mulai mengerti, mulai menentangnya.

Dengan peran ustad kampung juga, perlahan tradisi mulai berubah. Barangkali inilah yang disebut dengan meng-Islam-kan Jawa. Dari awalnya sesembah mewah hingga menjadi bubur merah putih saja.

Pada akhirnya tradisi bubur merah putih itu tetap dilakukan hingga kini. Di momen seperti ulang tahun, selametan sembuh dari sakit dan sebagainya. Hanya "ritualnya" berubah. Tidak lagi ditaruh di kolong ranjang, namun dibagi-bagi kepada saudara dan tetangga sekitar.

Jadinya sekarang apa-apa serba makan

"Daripada (sajen) dimakan hantu, lebih baik dimakan bareng-bareng" kata guru ngaji mamak saya (1970-an).

Maksudnya bukan memakan sejajen. Melainkan daripada menyediakan makanan untuk sajen, lebih baik memasak makanan dan dimakan bersama.

Nasihat seperti itu turun temurun hingga saya. Dari situ saya mulai berpikir. Apa mungkin sekarang ini jadinya apa-apa serba makan-makan? Apapun momennya, diperingati dengan makan.

Kelahiran makan, ulang tahun makan, menikah makan, tahun baru makan, selametan makan, dapat rejeki makan, Bahkan untuk memperingati hari kematian juga dengan makanan.

Sebenarnya itu tidak ada masalah untuk dilakukan. Jika ada rejeki, tidak ada salahnya untuk memasak lebih dan berbagi pada sesama.

Sementara itu Sesajen merupakan tradisi adat istiadat masyarakat lokal. Sesungguhnya tidak ada permasalahan soal itu. Bagi mereka yang masih menganut Aliran Kepercayaan Lokal, silahkan saja melakukannya.

Hanya saja ketika kita sudah memasuki hukum Agama. Maka sepenuhnya ajarannya harus diikuti dan dipatuhi. Dan semuanya bisa disesuaikan antara Agama dan Adat kebudayaan.

Meng-Islam-kan Jawa, bukan berarti meninggalkan tradisi Jawa. Tradisi Bubur Merah Putih, Nasi Liwet, Nasi Tumpeng, Ayam Ingkung dan sebagainya tetap bisa dilakukan beriringan dengan ajaran Islam. Saya masih sering jumpai menu-menu tersebut saat menghadiri acara Kenduri.

Namun ritual dan cara memaknainya sudah berubah. Kini sesaji itu tidak lagi diperuntukan bagi selain Allah SWT. Melainkan sebagai wujud rasa syukur pada Allah SWT dan diamalkan dalam kegiatan berbagi kepada sesama.

Maka dugaan saya menjadi tidak mengada-ngada terkait awal mula mengapa orang-orang suka memperingati suatu momen dengan makan bersama.

Sabtu, 04 Desember 2021

Tunggal Sekapal: Tidak Punya Hubungan Darah, Tapi Jadi Saudara


Sudah menjadi tradisi rutin Muslim di Indonesia melakukan mudik atau pulang ke kampung halaman menjelang Lebaran. Tapi tidak dengan keluarga saya. Saya berada di keluarga Jawa yang besar di Sumatera Utara.

Dari cerita keluarga saya, sejak nenek buyut dulu datang ke Sumatera, tidak pernah ada tradisi mudik atau pulang ke Jawa. Alasannya karena: "dulur e wes entek" atau "saudaranya sudah habis".

Saudara keluarga saya di Jawa memang sudah gak ada atau sudah kehilangan kontak. Secara dulu nenek buyut ke Sumatera sejak zaman Belanda. Jadi tidak ada alasan lagi untuk mudik ke Jawa. Karena semua keluarga sudah di Sumatera.

Tapi kemudian saya jadi bingung, katanya di Jawa gak punya saudara, sementara dulu ke Sumatera juga gak bawa keluarga besar. Tapi setiap Lebaran, keluarga yang dikunjungi banyak. Juga setiap ada hajatan, ngundang tamunya juga banyak. Mengundang 1000 undangan itu masih jumlah yang biasa disini.

Ini darimana asalnya punya saudara sebanyak itu? Dan ternyata setelah dijelaskan asal usul keluarga. Saya baru ngeh, ada istilah Tunggal Sekapal atau Tunggal Sabahita atau Saudara Satu Kapal. Saudara tanpa ikatan tali darah. Karena adanya ikatan sosial yang sama, senasib sepenanggungan, maka terbentuklah hubungan saudara tersebut.

Di Sumatera Utara, saya generasi ke-4 sejak nenek buyut dulu tiba ke Sumatera. Menurut data transmigrasi atau kasarnya "pembuangan" orang Jawa oleh kolonial Belanda saat itu terjadi sekitar tahun 1905 (Lampung) hingga Indonesia merdeka. Sementara kedatangan ke pesisir timur Sumatera terjadi sekitar 1920-an.

Dulu perjalanan dari Jawa ke Sumatera menggunakan transportasi Kapal Api, ini bukan kapal bermuatan kopi ya, melainkan mengangkut manusia. Perjalanannya sangat memakan waktu dan berat. Bahkan ada yang meninggal di tengah perjalanan.

Jadi hidup mati bareng-bareng sama semua orang yang berada di kapal. Hingga sampai ke pelabuhan Belawan, para transmigran berikrar menjadi saudara sekapalan. Berlandaskan 'senasib sepenanggungan'.

Tapi di generasi saya, istilah saudara kapal ini tidak lagi begitu populer. Bukan karena saling melupakan. Tapi karena sudah menjadi saudara yang diikat tali perkawinan. Sudah jadi saudara betulan.

Ini manusiawi sekali saat itu. Menikah sesama orang Jawa, satu koloni lagi. Barulah perlahan mulai terjadi perkawinan campuran dengan suku Melayu, Aceh, Batak dan lainnya. Dan jumlah saudara yang semakin banyak. Luar biasa sekali.

Hidup dari hari ke hari, urusan besok nanti dipikirkan lagi

Dari yang saya tangkap dari cerita saudara kapal ini, ternyata daya adaptasi nenek dan kakek buyut dulu tangguh. Bagaimana mereka fokus pada hidup yang dijalani saat ini, dari hari ke hari. Hidup, kerja, makan dan melanjutkan keturunan.

Filosofi begitu juga yang konon membuat populasi suku Jawa melonjak. Disisi lain mungkin ini banyak ditentang sebagai Jawanisasi. Tapi disini saya gak mau berpolemik soal itu.

Yang saya tahu kita semua sama-sama Indonesia. Dan setiap suku bangsa dulu juga punya permasalahannya sendiri saat jaman kolonial dan bisa menyesuaikan diri dengan caranya masing-masing. Dan presiden Soekarno dan para founding fathers dulu saat itu juga terbiasa dengan pengasingan.

Generasi para nenek buyut dulu memang dikenal tangguh dan mudah beradaptasi. Seperti itulah ciri Silent Generation hingga Baby Boomers yang serba bisa dan menghargai hubungan.

Saya sendiri juga gak kebayang bagaimana susahnya harus meninggalkan kampung halaman ke tempat yang jauh entah kemana. Dari Jawa ke Sumatera. Bukan untuk Plesiran, tapi jadi kuli kerja paksa.

Di tanah rantau jauh dari keluarga. Di Kondisi sulit begitu mungkin awal bakal homesick dulu seperti maba yang baru jadi anak kos, tapi tidak boleh terlalu berlarut.

Tidak penting lagi siapa saudara, siapa bukan. Siapa saja yang berada di satu perjalanan, satu kapal, merekalah itu saudara. Tak peduli lagi ada hubungan darah atau tidak, saudara tetap lah saudara. Semua menjadi Tunggal Sekapal.

Tangis tetap ada saat itu. Faktanya transmigrasi zaman kolonial saat itu lumayan memakan korban. Tapi hidup tetap harus berjalan. Dan kini saya menjadi salah satu keturunannya sebagai Pujakesuma (putra Jawa kelahiran Sumatera).

Puja Kesuma sekarang ini

Awalnya ada sentimen sebagai "buangan" Belanda. Tapi itu bukan masalah. Kenyataannya sekarang justru Kolonial itu yang sudah "terbuang" dari sini.

Sekarang meski suku Jawa merupakan etnis terbanyak di Sumatera Utara. Tapi sejauh yang saya rasakan tidak ada rasa sombong atas pencapaian itu.

Tidak ada sikap seperti "gw orang Jawa nih". Nenek saya saja ketika ditanya asalnya dari Jawa mana? Jawabannya "Jawa Deli". Artinya sudah menerima dengan betul lahir dan besar di tanah Deli. Tidak lagi membawa-bawa daerah asal.

Seakan semuanya berjalan seperti biasanya. Penerimaan dari penduduk lokal juga cukup baik. Meskipun saya gak tahu kondisi awal-awal seperti apa. Tapi yang saya rasakan saat ini kondisi baik-baik saja.

Begitupun saat ada pemilihan umum. Para kandidat wakil rakyat dan pemimpin daerah berasal dari beragam suku. Dan itu berjalan sewajarnya saja.


Apakah Kita Seperti Spongebob dalam Menilai Baik Buruknya Seseorang?


Dalam sebuah film, sinema, novel, hingga serial kartun, umumnya menghadirkan tokoh atau karakter protagonis berhadapan dengan antagonis. Tak terkecuali di kota Bikini Bottom, pedalaman (benar-benar di dalam) samudera Pasifik.

Di serial kartun Spongebob Squarepants, tokoh utama Spongebob di ceritakan berwatak ceria di hampir sepanjang hidupnya. Ia selalu ingin berteman dengan setiap orang di kota. Bahkan Plankton yang jelas-jelas menjadi musuh Tuan Krab (bosnya di Krusty Krab), Si Kotak Kuning ini tetap bersikap baik padanya.

Jika ada karakter yang tidak disukai Spongebob di Bikini Bottom, ialah Man Ray, The Dirty Bubble, dan semua musuh Mermaid Man & Barnacle Boy lainnya.

Ketidaksukaan itu ditunjukkan Spongebob dan sahabatnya Patrick dalam episode dimana keduanya berpura-pura sebagai Mermaid Man & Barnacle Boy tiruan dengan kostum pahlawan idolanya tersebut.

Kedua sahabat ini berpikir mereka berwenang menangkap siapapun yang dianggapnya jahat. Termasuk Man Ray yang pada saat itu hanya sedang mencuci pakaian, juga ditangkap.

Apakah Man Ray sejahat itu?

Man Ray memang sudah dicap jahat oleh warga Bikini Bottom, terkhusus bagi penggemar pahlawan super yang sudah tua itu.

Padahal jika diteliti, kejahatan apa sih yang dilakukan oleh Man Ray dan komplotannya. Yang sesungguhnya itu hanya film dalam film.

Man Ray diketahui pernah mencoba merampok bank, pasca kabur dari penjara rahasia Mermaid Man & Barnacle Boy. Tapi Ia akhirnya tobat.

Kemudian Man Ray dan komplotannya membentuk aliansi dengan Barnacle Boy yang berkhianat. Apa yang mereka lakukan? Mengganggu muda-mudi yang pacaran.

Komplotan penjahat yang konyol. Mereka geng bandit atau kesatuan razia pekat?

Kita adalah Spongebob yang menilai jahat tidaknya seseorang dari kostum dan pencitraan secara umum

Okelah, Man Ray dan komplotannya memang penjahat. Itulah yang tercermin atau dicitrakan dari kostumnya. Namun mari kita pikirkan lagi, sejahat itukah Man Ray?

Bagaimana bila dibandingkan dengan watak Tuan Krab dan Plankton. Tuan Krab bisa anggap seperti tokoh masyarakat di Bikini Bottom. Bisnis restorannya sangat berpengaruh di seluruh kota bahkan termasyhur hingga kerajaan Neptunus.

Keluarga Dewa Neptunus sampai membooking Krusty Krab untuk perayaan ulang tahun dirinya yang sekian ribu tahun itu usianya, lupa.

Kelezatan Krabby Patty memang sangat "memabukkan" dan bikin lupa daratan. Dan penampilan Tuan Krab yang rapi, sangat mencitrakan diri sebagai bos, pengusaha sukses dan pelaut ulung.

Hingga warga Bikini Bottom tidak sadar bahwa dibalik itu semua, Tuan Krab tak lebih dari seekor kepiting licik, culas dan kikir. Termasuk Spongebob Squarepants yang sangat mengabdi pada bosnya itu. Hingga Si Pembalik Patty ini gak sadar selama ini Ia telah dimanfaatkan dan diajarin gak bener sama Bosnya yang pelit ini.

Spongebob sangat dicurangi oleh Tuan Krab. Gaji yang sekedarnya, jatah cuti yang tak adil, tidak dihargai dan terang-terang Tuan Krab mengakui kelebihan Spongebob sebagai karyawan yang "murah".

Terlebih lagi Tuan Krab membawa pengaruh buruk untuk Spongebob. Seperti diajari pelit, mencuri, curang dan lainnya. Tapi lihat saja, Spongebob tetap manut-manut saja.

Begitu juga kepada Plankton. Sudah jelas-jelas makhluk bersel satu dan beristrikan komputer ini sangat jahat, curang dan licik. Tercatat Plankton pernah mengibuli warga kota dengan lomba kereta salju bohongan, hingga menguasai satu kota dengan ember hipnotisnya. Namun tetap saja Spongebob bersikap baik pada Plankton, bahkan sering ditipu daya.

Oke, Spongebob memang dicitrakan sebagai karakter polos cenderung idiot. Namun sadarkah kita, terkadang kita mirip Spongebob dalam menilai baik-buruknya seseorang.

Jika ada nasihat berbunyi: "don't judge a books by its cover". Tapi masih banyak orang yang melakukan sebaliknya.

Man Ray & genk dan Mr. Krab & Plankton memang memiliki sifat jahat dan curang. Hanya saja ciri khas mereka berbeda. Man Ray berorientasi penjahat yang frontal. Menguasai dunia dengan kekerasan fisik.

Sementara Krab dan Plankton juga berambisi menguasai dunia. Namun caranya lebih halus dan politis. Menipu, mengelabui dan manfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

Namun Spongebob tetap menganggap Tuan Krab & Plankton orang baik. Karena memang perawakan keduanya yang tidak ada tampang penjahat. Sementara Man Ray, tampilan fisik memang dia penjahat. Terlepas apapun yang dilakukannya, walau hanya nge-laundry, Man Ray tetaplah orang jahat dimata Spongebob Squarepants.

Seperti itukah kita? seperti Spongebob Squarepants dalam menilai baik dan buruknya seseorang.

Jumat, 03 Desember 2021

Mengapa Malaysia Bisa Lebih Maju Dibanding Indonesia?


Indonesia dan Malaysia, membandingkan kedua negara serumpun ini memang selalu menarik perhatian. Terutama membandingkan siapa yang paling kaya di antara Indonesia dan Malaysia?

Meski nilai kekayaan cenderung bisa dihitung dalam angka. Namun penilaian kekayaan antar negara sifatnya relatif.

Oke, bagaimanapun, sebagai orang Indonesia kita realistis saja. Secara gamblang memang kehidupan di Malaysia lebih terjamin dan kualitas hidup yang lebih baik. Terlihat dari kacamata awam, bahwa ribuan TKI ke negeri Jiran untuk cari penghidupan disana. Sehingga timbul persepsi Malaysia memang lebih maju dibandingkan kita.

Namun apakah penilaian tersebut sah membuktikan Malaysia lebih kaya dibanding Indonesia? Apakah benar Malaysia lebih sejahtera dibanding negara kita?

Topik ini sempat ramai di sejumlah forum, termasuk Quora. Jika di browsing di Google dengan kata kunci "siapa yang lebih kaya antara Indonesia dan Malaysia?" maka platform tanya jawab online tersebut muncul di peringkat pertama.

Berikut ini beberapa poin yang dijelaskan oleh salah satu pengguna Quora terkait sebab Malaysia dianggap lebih kaya daripada Indonesia?

  • Kondisi geografi Malaysia yang lebih simpel daripada Indonesia. Seperti kita tahu, mengurusi wilayah dari Sabang-Merauke tentunya lebih sulit dibanding Kuala Lumpur dan Serawak.
  • Kondisi demografi. Keberagaman Etnis di Malaysia tidak sebanyak di Indonesia. Kondisi ini dianggap lebih mudah bagi Malaysia untuk maju.
  • Proses kemerdekaan. Proses lahirnya negara Malaysia dapat dikatakan lebih mudah dibanding Indonesia. Karena sebenarnya dulu memang Inggris lah yang ingin me-merdeka-kan koloninya seperti Malaysia. Berbeda dengan Indonesia yang mesti berdarah-darah merengkuh kemerdekaannya, sebab dulu Belanda memang ogah melepaskan wilayah jajahannya yakni Hindia Belanda.

Tapi tahukah kamu? Bahwa sebenarnya posisi Indonesia tidak jelek-jelek banget dibanding Malaysia, sekalipun di bidang ekonomi.

Kenyataannya perekonomian Indonesia lebih bagus dibanding Malaysia. Itu jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi. *Oia, kita bicara tentang data sebelum Pandemi. Mohon dampak Pandemi harap dikecualikan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik di Asia Tenggara. Terlihat dari Indonesia yang menjadi anggota G20. Kelompok yang didalamnya tergabung sebagai 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

PDB Indonesia juga yang terbesar se-Asia Tenggara. Mencapai lebih US$ 1000 triliun. Sementara Malaysia hanya sekitar US$ 300 miliar.

Mengapa Malaysia Bisa Lebih Maju Dibanding Indonesia?

Namun bila dibagi pendapat per kapita. Jumlah pendapatan per kapita penduduk Indonesia menjadi sedikit.

Mengapa Malaysia Bisa Lebih Maju Dibanding Indonesia?

Maka bila saya boleh berkesimpulan. Luas wilayah dan jumlah penduduk menjadi salah satu sebab mengapa Malaysia lebih maju dibanding Indonesia. Tapi jangan jadikan itu alasan ya, wahai warga +62. Cobalah lihat Tiongkok, mereka negara dengan penduduk terbanyak di dunia dan luas wilayah yang besar. Faktanya hari ini ekonomi mereka terkuat menyaingi Amerika Serikat.

Perbandingan ekonomi Indonesia dan Malaysia, Apakah komentar warga Jiran?

Sebuah media berita & gaya hidup, yakni Dream.co.id dalam salah satu artikelnya menyoroti komentar warga Malaysia di Quora terkait perbandingan ekonomi Indonesia dan Malaysia.

Yaitu seorang pelajar University of Malaya, Muhammad Yadizi, menyebut Malaysia lebih maju daripada Indonesia karena Malaysia memiliki beberapa keunggulan.

Yang mana keunggulan itu meliputi wilayah Malaysia yang lebih aman dari bencana alam.

Selama terjadi tsunami yang melanda Aceh, Malaysia aman. Kalau tidak ada pulau sebesar Sumatera, banyak kota kecil di pesisir barat Malaysia yang akan tersapu. Ini bukan guyonan,” tulis Yadizi.

Selain itu faktor lainnya seperti kedekatan dengan Singapura, kondisi dalam negeri lebih stabil dan negara anggota persemakmuran.

Nasionalisme Malaysia

Pandangan lainnya datang dari mantan ketua KPK Abraham Samad, terkait perbandingan ekonomi Indonesia dan Malaysia. Samad berbicara banyak soal nasionalisme pada kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12/18) seperti dilansir dari Kumparan.

Lalu apa kunci kemajuan Malaysia? Menurut Samad, jawabannya adalah nasionalisme. Jawaban itu ia temukan sendiri saat terbang dari Indonesia-Malaysia-Filipina dengan menggunakan pesawat Malaysia Airlines beberapa waktu silam.

Dalam penerbangannya itu Beliau mendapati pesawat terus memutar lagu Melayu khas Malaysia. Sampai Ia penasaran dan bertanya langsung kepada Kapten pesawat.

Ternyata itu (memutar lagu Melayu) merupakan ketentuan wajib bagi maskapai pemerintah. Demi menunjukkan jati diri bangsa, ini Melayu, inilah Malaysia.

Dari ini bisa kita pelajari. Bahwa untuk menjadi bangsa yang maju, kita mesti bangga sama jati diri dan memiliki sikap nasionalisme yang tinggi.

Kamis, 02 Desember 2021

Plot Twist Drama Bipang Ambawang


Menjelang Lebaran di tahun 2021 ini ada penyataan mengejutkan dari Presiden Jokowi terkait promosi Bilang Ambawang. Berikut kutipan pidato Pak Jokowi:

"Untuk bapak ibu dan saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online," kata Jokowi dalam video yang dilihat Tribunnews.com,Sabtu (8/5/2021).

"Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," katanya.

Ketika mencari kata "Bipang Ambawang" di internet, memang informasi yang akan muncul ialah Babi panggang. Makanan khas dari Kalimantan.

Begitu juga narasi yang berkembang di media sosial. Mengarahkan bahwa Bipang Ambawang merupakan Babi panggang. Disini pernyataan Presiden Jokowi menjadi kontroversial sebab dipersepsikan sebagai ajakan makan Babi saat Lebaran.

Padahal, tidak begitu juga. Boleh jadi kita bisa jadi salah paham berjamaah. Tidak menutup kemungkinan kontroversi pernyataan Presiden Jokowi terkait Bipang Ambawang ini berujung plot twist.

Plot Twist berarti alur cerita yang sengaja dipelintir sehingga memberi efek kejutan. Berasal dari dua kata yaitu Plot dan Twist. Plot berarti alur cerita dan twist berasal dari bahasa Inggris yang berarti melintir atau berputar.

Apa yang kita pikirkan dan sangkakan, sudah heboh dari awal boleh jadi keliru. Ini bukan tulisan buzzer atau pesanan dari mana pun.

Bertepatan dengan Kenaikan Yesus Kristus

Mari kita berpikir dan sadari, 13 Mei 2021 selain Hari Raya Idul Fitri, juga bertepatan dengan Kenaikan Yesus Kristus.

Kerennya, kita menyebut hari libur nasional ini sebagai libur nasional kolaborasi antar agama. Jangan berpikir apa-apa. Ini hanya bertepatan saja harinya.

Kenyataannya kita sama-sama orang Indonesia yang menikmati hari libur nasional bersama. Secara libur panjang, siapapun tentunya ingin pulang kampung juga bukan? Terlepas apapun agamanya.

Karena kondisinya Pandemi, tidak boleh mudik. Maka konteksnya disini Presiden Jokowi menyarankan untuk memesan makanan khas daerah via online. Diharapkan dengan begitu mengurangi rasa rindu kampung halaman. Nah karena konteks secara nasional, seharusnya tidak ada masalah penyebutan Bipang Ambawang.

Bipang yang dimaksud Kue Beras

Mungkin jika tidak ada kehebohan soal "Babi panggang", banyak diantara kita yang tidak tahu bahwa kuliner Indonesia memiliki kesamaan nama namun jenisnya berbeda. Seperti Bipang, ada yang Babi panggang dan ada yang kue beras. Iya, kue beras, disebut juga Bipang, Jipang bahkan ada yang menyebutnya brondong.

"Ini BIPANG atau JIPANG dari beras. Makanan kesukaan saya sejak kecil hingga sekarang. BIPANG atau JIPANG dari beras ini memang makanan hit sampai sekarang ya. Nuhun," tulis Fadjroel dalam akun twitternya @fadjroeL, Sabtu, (8/5/2021).

Klarifikasi dari pemerintah

Yang sebenarnya terjadi untuk meluruskan narasi yang salah terkait ajakan membeli Bipang Ambawang oleh Presiden Jokowi, bahwa konteks secara nasional, bukan ucapan selamat Idul Fitri. Ini soal kuliner lokal.

"Berkaitan dengan pernyataan mengenai Bipang Ambawang, kita harus melihat dalam konteks secara keseluruhan. Pernyataan Bapak Presiden ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan membeli produk lokal," ujar Lutfi selaku Mendag lewat keterangan video, Sabtu, 8 Mei 2021. Tempo.com

Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Perdagangan meminta maaf terkait "Bipang Ambawang" itu.

Terlepas dari apa yang terjadi, memang teks pidato dari Presiden Jokowi terkait Bipang Ambawang itu kiranya menimbulkan kesalah pahaman. Mungkin kedepannya tim penyusun teks pidato Presiden bisa lebih teliti lagi.

Karena karakter orang Indonesia beragam dan berlatar belakang berbeda-beda. Ada yang terbiasa dan senang hati membaca hingga buku tebal seperti buku ensiklopedia. Sementara ada yang baca artikel berita saja cuma sampai judulnya saja sudah berkesimpulan.

Tapi tidak masalah, sisi positifnya. Dengan kehebohan Bipang Ambawang. Jadi semakin banyak orang mengenal makanan khas daerah.

Viral dulu, klarifikasi belakangan. Gak masalah juga ya strategi seperti ini digunakan. Cocok untuk promosi. Cara seperti ini juga sering digunakan pada zaman kerajaan Kuvukiland di masa Raja Tentacle II dalam misi propaganda kekuasaan di pedalaman Pasifik. *Haha canda Kuvukiland!!*

Rabu, 01 Desember 2021

Mengenal Apa Itu HarmonyOs, Sistem Operasi Huawei Pengganti Android


Apakah kamu mengaku sebagai seorang yang selalu update perkembangan dunia gadget? Kalau begitu, mari kita uji. Berapa banyak jumlah OS yang kamu tahu? iOS, Android, dan Symbian? Jika cuma ketiga itu yang kamu tahu, mohon maaf, kamu kurang update nih.

Sekedar info saja, sebenarnya jumlah OS atau sistem operasi smartphone lebih banyak dari 3 yang disebutkan diatas. Yang kebanyakan dikembangkan dari Android yang memang kita tahu bersifat open source.

Baru-baru ini sedang ramai dibahas di dunia gadget, terkait Harmony OS atau juga ditulis HarmonyOs. Sistem operasi besutan Huawei, yang juga dikembangkan dari Android ini, sebenarnya sudah ada sejak 2019.

Namun akhir-akhir ini kembali viral setelah beredar video penampakan smartphone Xiaomi yang menggunakan HarmonyOs sebagai "otaknya". Sebuah kejadian baru, dimana sebelumnya diketahui HarmonyOs hanya diperuntukkan untuk smartphone dan perangkat pintar lainnya produksi Huawei.

Sistem operasi Huawei digunakan juga oleh Xiaomi. Its ok, secara berasal dari negara yang sama, yakni China.

Perlu diketahui juga. Lahirnya HarmonyOs ini dipicu dari perang dagang Amerika Serikat dan China. Imbas dari itu produk Huawei dilarang mendapat dukungan dari Android. Mau tidak mau, Huawei mesti membangun sistem operasinya sendiri, dan inilah HarmonyOs.

Meski ada beberapa persepsi HarmonyOs hanya salinan dari Android yang diubah nama dan labelnya. Tapi kedua sistem operasi tersebut memiliki sejumlah perbedaan. Seperti apa perbedaan HarmonyOs dan Android? Yuk baca berikut ini:

HarmonyOs tidak berbasis Kernel Linux

Kernel adalah software yang merupakan inti dari sebuah sistem operasi dan berhubungan dengan perangkat keras. Android dikembangkan dari kernel Linux. Sementara HarmonyOs tidak.

Sistem operasi Harmony dikembangkan dari microkernel baru dan ukurannya lebih kecil dibanding kernel monolitik Linux. Kernel baru HarmonyOs ini thread scheduling dan Inter-Process Communication (IPC).

Konsep OS Terdistribusi

Huawei menyebut sistem operasi besutan mereka memiliki konsep OS yang jauh berbeda dibanding Android. Mereka menyebutnya konsep OS terdistribusi.

Perusahaan teknologi berlogo kipas merah tersebut bahkan berani mengklaim konsep OS miliknya mampu meningkatkan performa secara signifikan. Bahkan kelebihan tersebut mampu mengungguli Android.

Memiliki sistem penjadwalan canggih

Sistem penjadwalan canggih ini disebut juga dengan istilah Deterministic Latency Engine. Singkatnya ini sebuah mekanisme yang mengatur waktu, aplikasi dan alokasi daya yang lebih efisien.

Microkernel Harmony OS menggunakan sistem penjadwalan canggih yang disebut dengan Deterministic Latency Engine. Mekanisme ini menggunakan analisis beban waktu nyata, pencocokan karakteristik aplikasi, dan perkiraan untuk mengalokasikan sumber daya yang lebih efisien.

Huawei mengklaim mekanisme ini mendongkrak hingga 25,7 persen untuk latensi respons dan peningkatan hingga 55,6 persen untuk fluktuasi latensi.

Tidak Adanya Akses Root

Tidak ditemukan akses root pada HarmonyOs seperti yang ada di Android. Huawei menyebutkan tidak adanya akses root ini dapat meningkatkan keamanan sistem dan perangkat secara umum.

Selain itu HarmonyOs akan menggunakan metode verifikasi untuk memperkuat keamanan microkernelnya.

Pengembangan HarmonyOs ini disebut sebagai alternatif dari sanksi yang diterima sejumlah perusahaan China, salah satunya Huawei. Imbas dari perang dagang Amerika Serikat dan China.

Tapi Huawei sendiri mengklaim bahwa sistem operasi mereka itu sudah dikembangkan jauh-jauh hari, sebelum adanya sanksi.

Smartphone Huawei setelah adanya HarmonyOs, akan hadir tanpa adanya dukungan Google. Sebuah pengalaman menarik, melihat smartphone tanpa layanan populer Google, seperti Gmail, YouTube, Drive, Maps, dan lainnya.

Senin, 29 November 2021

Mengapa Bumi Tidak Miliki Cincin Seperti Saturnus?


Sudah dikenal sejak lama dan diketahui secara umum bahwa planet Saturnus merupakan planet di Tata Surya yang memiliki cincin. Tapi tahukah kamu? Bahwa 3 planet lainnya di Tata Surya kita juga punya cincin.

Ketiga planet tersebut terdiri Jupiter, Neptunus dan Uranus. Hanya saja cincin milik planet Jupiter, Neptunus dan Uranus tidaklah setebal dan sejelas cincin milik Saturnus.

Sayangnya planet yang kita huni, Bumi tidak memiliki cincin seperti empat planet seperti dijelaskan diatas?

Sebelum menjawab itu semua, mari kita pahami dulu seperti cincin Saturnus itu sebenarnya. Agar lebih mudah memahami alasan Bumi tidak memiliki cincin.

Ketahuilah, cincin Saturnus bukanlah cakram yang keras dan solid. Melainkan kumpulan milyaran materi yang saling terpisah satu sama lain. Dan 90% terdiri dari es. Selain itu ada bebatuan.

Benang merahnya disini ialah es. Itulah alasan mengapa Bumi tidak punya cincin seperti Saturnus.

Di sistem Tata Surya kita memiliki titik beku. Planet yang berada sebelum titik beku tersebut, maka tidak akan terbentuk es seperti halnya terjadi pada Saturnus.

Oke gini sederhananya, karena Bumi lebih dekat Matahari. Maka tidak ada es yang muncul, sehingga tidak terbentuk cincin pada Bumi.

Sementara planet Saturnus ada pada titik beku. Sehingga timbul es, berpadu dengan batu-batuan antariksa, yang kemudian karena daya tarik Saturnus, maka materi seperti bebatuan antariksa dan es membentuk sebuah cincin di planet Saturnus.

Planet Jupiter, Neptunus dan Uranus juga sama memiliki cincin. Hanya saja cincin ketiga planet tersebut sudah mulai pudar. Periode cincinnya memang sudah berlalu.

Beruntung, generasi kita masih bisa melihat cincin Saturnus yang masih sangat jelas dan indah. Karena di masa depan, Saturnus juga bakal kehilangan cincinnya.

Alam semesta, termasuk luar angkasa masih menyimpan banyak misteri. Ada planet yang sekarang memiliki cincin. Tapi di masa depan cincinnya bisa hilang.

Di masa depan juga tidak ada yang tahu, seandainya Bumi juga bakal punya cincin. Tapi itu masih seandainya.

Faktanya sekarang Bumi tidak memiliki cincin. Jarak Bumi terhadap Matahari yang mempengaruhi tidak terbentuknya cincin pada Bumi.

Seandainya Bumi punya cincin

Meskipun ini hanya seandainya saja. Tapi dapat kita gambarkan sendiri seandainya Bumi sungguh punya cincin.

Tentunya cincin Bumi akan berbeda dengan milik Saturnus. Tidak ada potongan es dalam komposisi, hanya bebatuan saja. Tapi bukan berarti cincin akan menjadi gelap.

Misalnya saja Bulan yang terdiri dari batuan yang berwarna abu-abu dan memantulkan 15% cahaya yang mengenainya. Kurang lebih cincin akan melakukan hal yang sama.

Kemudian warga Bumi akan menikmati pemandangan cincin dari permukaan Bumi. Penampakan cincin yang paling stabil akan ada di wilayah ekuator.

Akan muncul garis tipis langsung dari cakrawala. Dan ini sangat berguna sebagai navigasi. Sungguh indah bukan membayangkannya?

Tapi perlu diingat, itu hanya seandainya saja. Menjadi rumit membayangkan ada cincin di dekat Bumi, sementara masih ada Bulan. Entah apa yang terjadi jika batuan pada cincin bertabrakan dengan Bulan.