|
Pixabay |
Berbicara soal mengindari diri dari pengaruh radikalisme atau istilahnya deradikalisasi. Tentu sebelumnya perlu diluruskan dulu apa itu radikalisme?
Karena bila hanya menganggap radikal itu sudah pasti teroris, apalagi menyeret atas nama agama. Pemahaman seperti itu sudah jelas salah.
Karena di masa penjajahan Belanda, para pahlawan dari Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, hingga Soekarno juga dianggap radikal oleh pemerintah kolonial. Dalam hal ini radikal, berarti paham atau gerakan yang menentang adanya pemerintahan kolonial dan memperjuangkan sebuah kemerdekaan sebagai negara.
Sama seperti ketika pertama kali istilah radikal digunakan. Radikalisme (dari bahasa Latin radix yang berarti "akar") adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal.
Sementara Secara etimologis, radikal berasal dari bahasa latin, yakni radix yang berarti akar. Yang dimaksudkan dengan radikal ialah mengakar kepada sesuatu. Orang-orang radikal dapat dimaknai bahwa mereka mengikuti sesuatu secara mengakar, entah itu ideologi ataupun agama. Maka itu radikal tidak lantas berarti terorisme, apalagi agama tertentu saja.
Radikal juga tidak berarti sesuatu yang buruk. Seperti disebut diatas, radikal artinya akar. Jadi mesti dilihat dulu dasarnya sehingga seseorang disebut radikal. Maksudnya radikal secara politik, agama, ekonomi atau apa.
Para pahlawan kemerdekaan dulu juga dianggap radikal oleh pemerintah kolonial. Tapi dimata rakyat, mereka adalah pahlawan.
Jadi mesti diteliti dulu atas dasar apa seseorang menjadi radikal. Bila dasarnya sudah salah, maka itu yang disebut radikalisme yang salah kaprah atau menyimpang. Dan kita perlu waspada, karena dari paparan radikalisme yang salah dapat berkembang ke prilaku yang berbahaya; seperti ekstrimisme dan terorisme. Ayo hindari diri dari pengaruh radikalisme yang menyimpang.
Mengenal ilmu pengetahuan secara baik dan benar
Dasar ilmu pengetahuan yang baik dan benar memang sangat penting untuk membentengi diri dari pengaruh radikalisme yang menyimpang. Terlebih kepada anak muda yang cenderung memiliki pemikiran labil dan liar.
Perlu bekal ilmu yang cukup. Agar memiliki jati diri yang baik, kuat dalam bersikap dan tidak gampang dipengaruhi hasutan yang menyesatkan. Karena jaringan terorisme memang biasa merekut anggota melalui doktrin.
Maka itu sangat penting mengenal dan memiliki ilmu yang kuat. Termasuk ilmu umum dan agama yang seimbang.
Pemahaman ilmu pengetahuan yang baik dan benar
Setelah mengenal ilmu pengetahuan. Maka langkah selanjutnya ialah memahami ilmu pengetahuan tersebut.
Karena kebiasaan sebagian orang Indonesia khususnya. Bila sudah mengenal ilmu baru. Meski baru sedikit saja ilmu yang didapat, tapi sudah merasa paling jago.
Maka itu kenalilah ilmu pengetahuan dan memahaminya dengan baik dan benar. Dan jangan lupa, belajarlah pada guru yang jelas asal usulnya. Jangan asal berguru, apa lagi mencerna ilmu sendirian tanpa bimbingan dan referensi yang cukup. Ini penting, jangan dianggap remeh. Karena menjadi krusial bila kita malas menggali ilmu, tapi cepat mengambil kesimpulan. Dan celakanya langsung percaya gitu aja karena ceteknya ilmu yang dimiliki.
Mengurangi kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial menjadi salah satu faktor timbulnya radikalisme. Karena bermula dari kecewa dan ketidakpuasan lalu timbul rasa ingin merubah sistem secara keseluruhan. Entah itu dalam politik, ideologi, ekonomi dan agama.
Meskipun pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Karena pelaku teror juga ada yang berasal dari keluarga berkecukupan. Akan tetapi tetap penting adanya untuk meminimalisir kesenjangan sosial.
Dan ini menjadi tugas pemerintah untuk menyejahterakan rakyat. Begitupun masyarakat, disamping mendukung pemerintah untuk melaksanakan tugasnya. Juga ikut berperan aktif dalam mengurangi kesenjangan sosial. Budayakan kebiasaan tolong menolong dan saling membantu patut untuk dilakukan.
Menjaga persatuan dan kesatuan negara
Bila kita cermati, radikalisme dan terorisme yang berkembang saat ini di Indonesia memposisikan negara sebagai musuh.
Negara harus kuat tegak berdiri memerangi terorisme. Jangan sampai seperti kasus di Suriah dan Irag yang sempat diduduki ISIS. Disinilah peran masyarakat untuk mendukung dan memperkuat negara.
Dengan cara menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Dengan merapatkan barisan, maka akan mempersempit ruang musuh untuk menyusup.
Menjaga perdamaian
Coba kita perhatikan aksi terorisme yang ada sekarang di Indonesia. Peledakan, penusukan dan bikin teror. Tentu saja tidak ada kedamaiannya didalamnya. Meski para pelakunya yang sudah terpapar radikalisme yang menyimpang, mengaku perbuatannya untuk menggapai surga.
Tapi mari kita pikir pakai akal sehat, apa perbuatan seperti itu damai. Tentunya tidak bukan.
Nah, untuk mencegah perbuatan yang menimbulkan teror dan ketakutan. Maka kita harus menjaga perdamaian.
Menyadari bahwa kita hidup kebersamaan di dunia ini
Kita tidak tinggal sendirian di dunia ini. Satu fakta yang mesti kita pahami. Masih ada orang-orang disekitar kita, mereka yang kebetulan ada didekat kita dan mereka yang beda lokasi, budaya, agama, ekonomi, ideologi, politik, ras dan beda lainnya lagi.
Perbedaan pendapat itu tidak bisa dihindari. Namun masihkah penting ketika kita kuat mempertahankan ego pikiran, jika itu menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas.
Kita ini hidup bareng-bareng di negara dan dunia ini. Jangan kayak anak-anak deh, yang segala keinginannya harus dipenuhi. Kedepankan diskusi dan mengambil jalan tengah. Karena apa? Karena kita ini hidup kebersamaan, meski menghargai dan menyanyangi satu sama lain.
Junjung tinggi sikap toleransi dan solidaritas. Dengan begitu tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Waspada dengan tindak radikalisme dan terorisme
Diperlukan peran aktif masyarakat untuk memerangi radikalisme yang menyimpang. Dengan tidak abai pada sekitar.
Misalnya ketika menemui kegiatan yang mencurigakan khususnya terkait radikalisme dan terorisme. Maka segera melapor ke pihak terkait. Terdekat kepada kepala lingkungan, pemuka agama. Untuk kemudian dilakukan pengambilan keputusan dilaporkan kepada pihak berwajib. Indonesia negara hukum, jadi mesti ikuti prosedur dan jangan asal persekusi.
Menyaring informasi yang masuk
Doktrin-doktrin radikalisme menyimpang dan terorisme saat ini gak hanya masuk lewat tatap muka langsung. Melainkan juga memanfaatkan teknologi, lewat informasi di media online maupun sosial.
Ditengah gempuran informasi yang menyimpang. Disinilah aksi kita untuk membentengi diri dan tidak gampang terpedaya informasi menyesatkan.
Saringlah informasi yang masuk. Jangan telan informasi secara mentah-mentah. Seperti di poin awal artikel ini. Pahami ilmu pengetahuan secara baik dan benar. Agar kita bisa tahu mana yang benar dan salah. Setidaknya tidak mengikuti yang salah.
Ikut aktif mengenalkan bahaya radikalisme dan terorisme
Banyak orang yang mengutuk aksi terorisme yang terjadi. Tapi gak banyak yang paham betul apa itu radikalisme, mulai dari bibit-bibitnya dan proses mengapa orang jadi terorisme.
Disini peran kita untuk mengenal lebih jauh apa itu radikalisme menyimpang hingga terorisme. Untuk selanjut menyebarkan informasi seluas-luasnya tentang bahaya radikalisme dan terorisme. Karena boleh jadi karena orang tidak memahaminya dengan baik, justru menjadi jalan masuk pengaruh radikalisme menyimpang. Kamu bisa menunjukkan kepedulianmu terkait radikalisme dan terorisme mulai dengan membagikan artikel ini ke orang-orang sekitarmu. Sebagai kampanye anti radikalisme.
Referensi:
wikipedia.org
geotimes.co.id
guruppkn.com
Gambar: rri.co.id
Artikel ini sudah terbit di biartau.id