Isu perekonomian Indonesia sering menjadi pembahasan yang sensitif. Termasuk yang lagi panas saat ini adalah masalah hutang negara yang semakin membengkak. Terhitung dari tahun 2016 besaran utang RI mencapai Rp. 3.700 T.
Berbagai komentar pedas serta kritik dan protes atas utang negara yang membengkak banyak bermunculan. Sampai banyak yang bilang, kenapa kok Indonesia gak cetak uang saja banyak-banyak supaya bisa lunasi hutang?
Logikanya benar sih, tapi pola pikirnya cetek (pendek). Memahami soal mekanisme keuangan memang gak segampang dipikirkan. Saya sendiri memang bukan anak ekonomi. Maka itu saya coba mengetahui apa sih yang terjadi dengan Indonesia sebenarnya melalui tulisan ini. Sama-sama belajar ya..
Pertama kita harus tahu melesaikan persoalan ekonomi makro suatu negara gak segampang dipikirkan. Seperti mencetak uang banyak-banyak agar negara ini cepat kaya. Namun Mencetak uang diluar kewajaran justru bisa menaikkan tingkat inflasi. Kok bisa?
Singkatnya harga-harga kebutuhan akan melonjak jika negara memutuskan mencetak uang dalam jumlah diluar kewajaran. Banyaknya jumlah uang yang diedarkan melebihi jumlah barang dipasaran, malah membuat nilai mata uang kurang berharga.
Ketika masyarakat memegang banyak uang, namun barang kebutuhan pokok dipasaran sedikit. Dapat Membuat harga barang-barang kebutuhan pokok naik. Seperti konsep jika permintaan tinggi dan persediaan barang sedikit, akan membuat harga barang naik.
Sederhananya dengan pencetakan uang yang melebihi batas kewajaran, seperti hujan uang. Membuat orang-orang banyak pegang uang. Saya banyak uang, kamu banyak uang. Tapi barang-barang yang dijual sedikit dan otomatis harganya tinggi. Imbasnya orang-orang kalangan bawah yang menderita. Sudah pahamkan?
Jadi mencetak uang banyak-banyak gak boleh dilakukan "se enek dengkul". Mencetak uang harus disesuaikan dengan produksi barang-barang di pasar Dan pastinya sesuai aturan yang berlaku.
"Cetak uang itu it's good, karena bisa gerakin ekonomi, tapi inflasi naik, jadi itu sesuatu yang real, itu yang harus dipilih policy maker," kata Sri Mulyani pada saat memberi kuliah umum di UI Depok, Senin (28/8/2017)
Sementara memahami utang negara itu gak boleh setengah-tengah. Karena beberapa orang banyak yang komentar kalau utang negara banyak, berarti negara ini mau bangkrut dong. Bener apa bener nih?
Sebelumnya mari kita ketahui penjelasan utang negara. Utang negara bisa berupa utang pemerintah dan swasta kepada luar negeri dan dalam negeri. Biasanya negara menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) yang bisa dibeli oleh individu. Jadi saya, kamu dan mereka bisa juga mengutangi negara. Dan negara juga bisa berhutang pada luar negeri melalui lembaga keuangan seperti World Bank, IMF, ADB dan lainnya. Lebih jelasnya bisa lihat di diagram berikut:
Bicara soal utang gak bisa dipandang dari segi nominalnya semata. Seperti utang Indonesia yang gede sampai sekitar Rp. 3.700 T. Sebagian orang pasti langsung berpikir utang segitu sudah melewati batas kewajaran dan bikin malu martabat Indonesia yang katanya negara kaya.
Tapi sudah tahukah kamu bahwa utang negara gak sesederana itu. Utang negara bisa dipengaruhi berbagai faktor seperti inflasi, nilai kurs dan rasio utang terhadap PDB. Dan faktanya rasio utang Indonesia dari dulu hingga sekarang justru mengecil. Kenapa bisa?
Sejak jaman Orde Baru Indonesia berhutang Rp. 551,4 T dengan rasio utang 57,7 % dari PDB (pendapatan domestik bruto). Dan bahkan di tahun 1999 ketika krisis keuangan menjalar di negara-negara Asia, rasio utang Indonesia melonjak menjadi 85,4 % dengan besaran utang mencapai Rp. 938,8 T.
Dan sekarang pemerintah 2 tahun belakang menambah utang sampai berjumlah Rp. 3.700 T. Namun rasiop utang Indonesia justru mengecil. Karena pendapatan negara kini lebih besar dibanding pada tahun 1999.
Gambarannya seperti saya memiliki hutang Rp. 1 juta dan pendapatan Rp. 1 juta perbulan. Berarti rasio utang saya 100%. Sedangkan Anda berhutang Rp. 5 juta, namun penghasilan Anda Rp. 10 juta. Berarti rasio utang anda 50%. Dan walaupun utang Anda lebih besar dibanding utang saya, namun secara ekonomi Anda lebih kuat untuk membayar utang.
Jadi seperti itulah jika sebuah negara berhutang. Negara berhutang banyak diimbangi dengan PDB yang tinggi. Bagi sebuah negara berhutang juga bukan suatu yang tabu dan memalukan. Karena pertimbangan untuk berhutang agar percepatan pembangunan nasional.
Nantinya uang negara juga akan disalurkan pada bidang produktif. Untuk bangun berbagai infrastruktur yang akhirnya menambah pemasukan negara.
Bagaimanapun utang negara bukanlah perbuatan yang merendahkan martabat negara. Bahkan negara dengan ekonomi yang kuat seperti Amerika Serikat juga berhutang, bahkan dengan besaran rasio yang jauh lebih besar dibanding Indonesia.
Kesimpulannya, dalam membayar utang negara. Negara juga tidak bisa mencetak uang banyak-banyak untuk membayar hutang. Karena justru makin mempersulit keadaan.