Tim peserta piala dunia 2018, yaitu Islandia telah usai melakoni dua laga melawan Indonesia Selection dan Timnas Indonesia. Dan yang paling menarik perhatian ialah laga Timnas Indonesia asuhan Luis Milla melawan Islandia di GBK. Tentunya euforia wajah baru Gelora Bung Karno menambah motivasi tim Garuda. Meski hasil tidak setimpal dengan penampilan ciamik Evan Dimas dkk.
Setelah pertandingan persahabatan negara beda benua tersebut, kini menyisahkan cerita menarik setelahnya. Bukan soal kemegahan GBK, atau ulah nakal penonton di GBK. Namun cerita menarik dari Timnas Islandia. Bagi pecinta bola kelas addict, mungkin sudah tahu keunikan dari para pemain Islandia. Buat lainnya yang belum mengenal Islandia, mungkin bertanya-tanya melihat pemain Islandia kok namannya mirip-mirip gitu. Selalu aja nama mereka berakhiran -son. Why?
Susanan nama demikian tentu juga berlaku bagi hampir seluruh warga Islandia, meski gak semuanya ding. Kalau selama ini kita tahu nama orang Eropa terutama yang dari Skandinavia, nama belakang mereka mirip nama orang tua. Namun berbeda dengan orang Islandia yang menggunakan nama orang tua sebagai nama belakangnya ditambah -son (untuk anak laki-laki) dan dottir (untuk anak perempuan).
Sebagai contoh; pemain Islandia yang kini memperkuat Swansea, Gylfi Sigurdsson, nama depannya adalah Gylfi, sedangkan nama Sigurdsson berasal dari ayahnya yang bernama Sigurdur Adalsteinsson. Atau Perdana Menteri Islandia saat ini, Jóhanna Sigurðardóttir, yang memiliki nama depan Jóhanna, dan nama ayah Sigurdur.
Sederhananya mungkin bisa dibandingkan dengan penyematan nama bin dan binti, yang tentu masyarakat Indonesia sudah paham. Misalnya fulan (nama anak laki) bin fulan (nama bapak), begitupun sama dengan anak perempuan yang memakai kata binti.
Dengan kata lain, nama orang Islandia tidak menggunakan nama keluarga. Tidak seperti nama keluarga di Inggris seperti Smith, Jones, Williams dll. Sementara di Indonesia tidak populer penggunaan nama keluarga.
Kembali ke Islandia, kebiasaan penggunaan nama bapak sebagai nama belakang ini juga terkadang mengalami perubahan. Seiring perubahan jaman, kebebasan memilih dan kesetaraam genre. Penggunaan nama Ibu juga bisa digunakan sebagai nama belakang, bukan hanya nama bapak. Contohnya adalah eks pemain Fulham, Heiðar Helguson, yang memiliki nama ibu Helga.
Dan tidak menutup kemungkinan, nama belakang orang Islandia bisa sama dengan nama orang tuannya. Dan ini bukan hal aneh jika seorang anak mewarisi nama orang tuannya. Contoh paling baru adalah anak bintang sepakbola Islandia Eiður Smári Guðjohnsen yang memiliki nama Sveinn Aron Guðjohnsen. Perlu diingat, ayah Eiður bernama Arnor Guðjohnsen. Biasanya hal tersebut diwajarkan karena orang tua yang bersangkutan hidup di luar Islandia.
Sangking membingungkannya pengaturan nama di Islandia, sampai-sampai ada badan khusus yang mengurusi nama di negara tersebut, yakni komite nama pribadi (yang di Islandia disebut dengan Mannanafnanefnd).
Sesuai namanya, komite ini memang ditugasi untuk mengurusi nama seluruh warga Islandia. Kebayang gak sih kalau ada komite serula di Indonesia??
Salah satu hal yang besar yang pernah dibuat komite ini adalah soal pengadopsian nama keluarga, yang kini sudah dilarang kecuali yang akan diberi nama memiliki hak untuk diberi nama keluarga berdasarkan warisan.
Warga Islandia juga gak boleh sembarangan menentukan namanya sendiri. Ada kalanya nama yang diajukan di setujui ataupun gak disetujui. Di antaranya adalah memiliki huruf dalam alfabet Islandia hingga dilarang menggunakan kata yang tidak sesuai dengan struktur bahasa Islandia.
Sebagai contoh, nama “Pedro” jelas bakal ditolak karena tidak ada huruf “o” dalam bahasa Islandia. Selain itu, nama “Carolina” juga jelas tidak akan diterima karena tidak ada huruf “c” dalam alfabet Islandia. Nama tersebut bakal diterima jika menggantinya dengan “Karólína”.
memang peraturan soal nama ini terdengar begitu "njlimet". Namun bukan berarti pemerintah disana bermaksud dengan sengaja menyulitkan masyarakatnya. Tujuan dari ketatnya pemberian nama warga Islandia ini adalah untuk membuat agar budaya lokal Islandia – dalam hal bahasa - tetap terjaga. Selain itu, dengan adanya peraturan ini diharapkan agar perbendaharaan bahasa Islandia tidak tercampur dengan bahasa negara Eropa lainnya. Sebab bagi warga Islandia, bahasa adalah elemen dasar dari suatu identitas negara.
Bagaimana guys? Patut dicontohkah cara Islandia ini menjaga budaya dalam hal ini berupa bahasa..
Sumber: panditfootball.com