Minggu, 27 September 2020

Cerita Suudzon Dari Sebuah Penghapus



Suudzon adalah salah satu sifat tercela yaitu berprasangka buruk kepada sesama manusia atau kepada Allah SWT. Kebalikan daripada Khusnudzon yaitu berperasangka baik.

Bicara tentang Suudzan saya punya pengalaman dari kejadian baru-baru ini yang saya alami sendiri. Tepatnya saat saya ujian sekolah.

Gara-gara sebuah stip/penghapus pensil (selanjutnya disebut Stip) Suudzon pun timbul dalam hati.

Awalnya di ujian sering terjadi minjam-meminjam stip. Saya juga tidak tahu kenapa teman-teman saya tidak sedia stip untuk ujian. Singkat cerita stip saya yang sering di pinjam. Semakin sering di pinjam saya juga lupa siapa yang meminjam. Dan saya pun kehilangan stip atau pengapus tersebut tanpa tahu siapa yang mengambil.

Keesokkan harinya (hari ke-2) entah kenapa pandangan saya selalu tertuju pada stip yang ada di kelas (aduh karna stip sampai segininya). Mata saya selalu mencari stip yang kira-kira mirip dengan stip saya (haha stip ujian rata-rata sama lah). Dan ada satu teman yang memegang-megang stip. Dia yang sering meminjam stip padaku. Entah kenapa saya langsung curiga padanya, hanya karena dia memiliki stip yang mana biasanya dia tidak punya. Huuh..

Hari berikutnya (hari ke 3) saat saya sudah mulai lupa kejadian stip hilang. Namun ada teman lain yang datang kepadaku dan bertanya “rianda, stip mu kemana?” saya jawab “gak tahu, hilang ntah kemana” dan dia menjelaskan “ini samaku, kebawah kemarin” . Dan jelas sudah apa yang terjadi, prasangka buruk ku kepada temanku yang kucurigai tadi tidak terbukti. Dan seperti biasanya penyesalan datangnya telat, nyesal sudah Suudzan.

Suudzon dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi, misalnya saat seseorang kehilangan harta bendanya. Hal alami yang langsung di pikirkan orang yang kehilangan tersebut pasti mencurigai orang di sekitar lokasi hilangnya benda. Walaupun belum tentu orang-orang sekitar tersebut pelakunya.

Ini adalah cerita lama, entah waktu SMK, SMP atau SD